Kami optimistis ekonomi bergerak lagi dan kita semua berkembang. Digital adalah solusi yang tepat dalam memasuki pembangunan ekonomi berikutnya
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Komunikasi dan Informatika tetap optimistis bahwa tiga unicorn baru akan muncul dari Indonesia, sebagaimana ditargetkan pemerintah, meskipun kondisi ekonomi sedang lemah akibat pandemi virus corona atau COVID-19.

"Itu masih bisa tercapai," kata Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Semuel A Pangerapan, saat webinar Katadata Forum "Pandemi COVID-19 Dampak Terhadap Pelaku Ekonomi Digital", Kamis sore.

Baca juga: Indonesia masuk 10 negara penghasil unicorn terbanyak di dunia

Baca juga: Bicara soal unicorn, ini jawaban Ruangguru


Kementerian Kominfo menargetkan akan tumbuh tiga unicorn baru di Indonesia hingga 2024.

Semuel menilai ketika ekonomi sudah mulai bergerak setelah pandemi ini, tumpuan akan berada pada ekonomi digital.

"Kami optimistis ekonomi bergerak lagi dan kita semua berkembang. Digital adalah solusi yang tepat dalam memasuki pembangunan ekonomi berikutnya," kata Semuel.

Berkaitan dengan tiga unicorn baru tersebut, Semuel menyatakan ada peluang status tersebut berasal dari sektor keuangan, pendidikan, dan pertanian. Pada acara tersebut, dia juga mengemukakan ada perwakilan perusahaan rintisan yang sudah memiliki valuasi unicorn, namun mereka tidak mengumumkannya.

Riset lembaga Katadata terhadap 139 startup pada periode Mei-Juni lalu menunjukkan 48,9 persen perusahaan rintisan bisa bertahan lebih dari satu tahun setelah pandemi, dengan asumsi pandemi terjadi pada Maret 2020.

Sebanyak 20,9 persen dari perusahaan rintisan yang mengikuti survei tersebut mengaku mereka bisa bertahan dalam enam hingga 12 bulan setelah pandemi.

Sementara 20,1 persen menjawab bisa bertahan dalam waktu 3-6 bulan. Ada 10,1 persen startup yang hanya sanggup bertahan kurang dari tiga bulan setelah pandemi.

Direktur Riset Katadata Insight Center Mulya Amri menyatakan kemampuan bertahan startup disebabkan beberapa faktor, antara lain mereka menemukan model bisnis baru yang membantu mereka bertahan.

Ada juga perusahaan yang memiliki cadangan besar sebelum pandemi, meskipun keadaan perusahaan terkini belum tentu baik.

Katadata membandingkan data mereka tentang kondisi startup yang disurvei pada akhir 2019 dan pada Mei 2020, saat pandemi. Pada 2019, terdapat 74,8 persen perusahaan rintisan yang mengaku dalam keadaan baik atau sangat baik.

Perusahaan yang menjawab kondisi mereka biasa saja sebanyak 21,6 persen, sementara yang dalam kondisi buruk atau sangat buruk berjumlah 3,6 persen.

Pada Mei 2020, startup yang mengaku baik dan sangat baik merosot menjadi 33 persen, sementara yang biasa saja naik menjadi 24,5 persen.

Startup yang dalam kondisi buruk berada di jumlah 42,5 persen.

Baca juga: Facebook dan Paypal jadi investor baru Gojek

Baca juga: Kominfo targetkan tiga unicorn baru pada 2024

Baca juga: Akan ada unicorn dan decacorn baru Indonesia tahun ini

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2020