Melbourne (ANTARA) - Pembatasan sosial diberlakukan kembali di negara bagian terpadat di Australia, New South Wales, pada Jumat saat pihak berwenang berjuang untuk mengendalikan sejumlah klaster kasus baru COVID-19 muncul di Sydney selama beberapa hari terakhir.

Pemesanan berkelompok di restoran, kafe, dan klub akan dibatasi hingga 10 orang dan pelanggan di dalam ruangan akan dibatasi hingga 300 dalam aturan yang berlaku di tengah klaster kasus COVID-19 yang bertambah yang berasal dari restoran Thailand di pinggiran kota Sydney.

Acara pernikahan dan perusahaan akan dibatasi untuk 150 orang dengan aturan jaga jarak sosial yang ketat, termasuk larangan bernyanyi, menari dan berkerumun. Sementara itu, jumlah yang diizinkan menghadiri pemakaman dan tempat ibadah hanya 100 orang.

Australia sejauh ini lolos dari jumlah korban COVID-19 yang tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain, dengan jumlah kasus hanya lebih dari 13.000 dan 133 kematian akibat COVID-19 pada Kamis.

Namun, lonjakan kasus COVID-19 yang ditularkan antarmasyarakat di dua negara bagian terpadat di Australia dalam beberapa pekan terakhir telah membuat khawatir pihak berwenang.

Negara bagian Victoria pada Kamis melaporkan lima kematian akibat COVID-19 dalam 24 jam sebelumnya dan kenaikan harian tertinggi ketiga kasus infeksi virus corona baru tersebut.

Sejumlah kasus COVID-19 di Melbourne, kota terbesar di negara bagian Victoria, mendorong pemerintah untuk memberlakukan tindakan penguncian sebagian selama enam pekan dan mewajibkan penggunaan masker bagi penduduknya atau berisiko terkena denda 200 dolar Australia (sekitar Rp2.078.000).

Kabinet Nasional Australia bertemu pada Jumat dan diharapkan untuk membahas langkah-langkah untuk memerangi rangkai kasus COVID-19 serta langkah-langkah keuangan untuk menopang ekonomi negara itu.

Anggaran Australia tahun ini diperkirakan mengalami defisit terbesar sejak Perang Dunia Kedua saat krisis virus corona memukul negara itu ke dalam resesi pertama dalam tiga dekade dan memaksa para pembuat kebijakan untuk mengeluarkan dana ratusan miliar dolar untuk stimulus ekonomi.

Sementara itu, sebuah firma hukum pada Jumat mengatakan pihaknya telah mengajukan gugatan perwakilan kelompok (class action lawsuit) di pengadilan Australia terhadap kapal pesiar Ruby Princess milik Carnival Corp dengan tuduhan kelalaian menangani wabah virus corona di kapal.

Perusahaan kapal pesiar itu juga menjadi bagian dari penyelidikan pembunuhan di Australia karena telah menjadi salah satu sumber infeksi virus corona yang paling mematikan di negara itu.

"Kami tidak berniat untuk menanggapi pernyataan pengacara dari gugatan perwakilan kelompok itu," kata juru bicara Carnival Corp dalam sebuah pernyataan melalui surat elektronik.

Sumber: Reuters

Baca juga: Australia akan ungkap defisit anggaran terbesar sejak Perang Dunia II
Baca juga: Melbourne wajibkan masker saat kasus COVID-19 Australia meningkat
Baca juga: Victoria laporkan 374 kasus baru COVID-19
​​​​​​​

Penerjemah: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2020