Jakarta (ANTARA News) - Industri otomotif nasional siap menghadapi diterapkannya perjanjian perdagangan bebas (FTA) China-ASEAN pada 1 Januari 2010 dan optimistis mampu bersaing dengan produk otomotif dari China.

Hal itu dikemukakan Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM) dan Presdir PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) sebagai agen tunggal pemegang merek (ATPM) Mitsubishi, Fumio Kuwayama, di Jakarta Selasa menanggapi kesiapan menghadapi "China-ASEAN Free Trade Area" (CAFTA).

"Produk otomotif memiliki karakteristik yang berbeda dengan produk manufaktur lainnya. Otomotif merupakan produk durable goods, yang dibeli untuk jangka panjang," ujar Joko.

Ia yakin produk otomotif Toyota baik yang diproduksi di Indonesia yaitu Toyota Innova, Avanza, Rush, dan Fortuner maupun mobil Toyota yang diimpor dari negara ASEAN dan Jepang, akan mampu bersaing dengan produk otomotif China, meskipun nantinya bea masuk produk otomotif dari menjadi nol persen.

Joko menilai tidak mudah bagi produk otomotif China menguasai pasar Indonesia, karena untuk produk otomotif konsumen tidak hanya mempertimbangkan harga yang murah, tapi juga daya tahan, perawatan, dan purna jual, serta harga jual kembali.

"Jadi tidak mudah bagi produk otomotif China menguasai pasar domestik seperti produk tekstil China bisa mempenetrasi pasar di Indonesia. Tanpa kualitas dan layanan purna jual serta harga jual kembali yang bagus, dalam jangka pendek sulit menguasai pasar dalam negeri," katanya.

Bahkan, lanjut Joko yang perusahaannya menjadi pemimpin pasar otomotif di Indonesia pangsa pasar 38 persen, mobil Jepang yang bagus di Indonesia pun belum tentu bisa menguasai pasar bila tidak memiliki jaringan layanan purna jualnya bagus.

"Contohnya kan banyak. Mobil Jepang yang bagus tidak mendapat tempat yang besar di Indonesia karena jaringannya lemah," katanya.

Ia mengharapkan pemerintah memperkuat industri komponen di dalam negeri dengan berbagai insentif agar struktur industri otomotif nasional semakin kuat di tengah pasar yang semakin terbuka.

"Terutama industri itu harus dibantu untuk mendapatkan bahan baku yang murah. Bahan baku utama industri (komponen dan otomotif) adalah plastik dan baja, beri insentif agar industri itu tumbuh di dalam negeri," ujar Joko.

Hal senada dikemukakan Predir KTB Fumio Kuwayama. KTB yang merupakan ATPM Mitsubishi merupakan pemimpin pasar di segmen kendaraan niaga yaitu truk yang dirakit di Indonesia. Fumio mengatakan pihaknya optimis tetap mampu bersaing dengan truk dari China pasca pemberlakuan CAFTA.

"Indonesia juga memiliki EPA ("Economic Partnership Agreement") dengan Jepang, sehingga persaingan dengan China bisa diatasi. Namun persaingan tersebut bukan antar negara, tapi antar merek (kendaraan) dan kami percaya diri bisa bersaing," ujarnya.

Apalagi kata dia, KTB memiliki jaringan purnajual suku cadang sebanyak 4.000 unit yang tersebar di seluruh Indonesia.

Saat ini, kata dia, komponen lokal mobil colt dan truk Mitsubishi mencapai sekitar 50 persen dan 50 persen komponen lainnya diimpor. Sebagian besar impor komponen tersebut, kata dia, berasal dari Jepang yang telah memiliki EPA dengan Indonesia.

"Konsumen kendaraan niaga tidak hanya membeli mobil karena harganya murah, tapi juga melihat performa, karena kendaraan tersebut tidak dipakai hanya untuk 2-5," katanya.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009