Banjir ini akan berdampak negatif bagi pasokan makanan di Korea Utara
Seoul (ANTARA) - Para pejabat Korea Selatan berupaya menjaga lebih dari seribu orang terlantar akibat banjir agar tetap aman dan sehat dengan langkah-langkah pencegahan penularan virus corona di tempat-tempat penampungan yang ramai.

Upaya tersebut dilakukan saat pemerintah menimbang untuk mengumumkan zona-zona bencana pada Rabu.

Setidaknya 15 orang tewas dan lebih dari 1.500 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka karena hujan selama 42 hari berturut-turut memicu banjir dan tanah longsor di Korsel. Itu merupakan musim hujan terpanjang di negara itu dalam tujuh tahun terakhir.

Baca juga: Korsel perpanjang masa pedoman sanitasi, pencegahan virus
Baca juga: Ranjau Korut Terbawa Banjir ke Korsel


Lebih dari 1.146 orang tetap berada di tempat penampungan sementara yang didirikan di pusat kebugaran dan pusat-pusat komunitas pada Rabu, kata Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan Korsel, yang menyebutkan bahwa langkah-langkah protokol kesehatan diterapkan di fasilitas tersebut untuk mencegah penyebaran virus corona.

Penutup kain penyekat dibuat untuk keluarga dan individu, dengan tempat tidur terpisah untuk mendorong langkah jaga jarak sosial.

Pemerintah setempat menunjuk sejumlah pengelola untuk memeriksa suhu dan mengawasi orang-orang dengan gejala COVID-19, dan penduduk yang mengungsi diminta untuk memakai masker serta mencuci tangan, kata otoritas kesehatan.

Korea Selatan telah melaporkan 14.456 kasus infeksi virus corona, termasuk 33 kasus baru yang tercatat pada tengah malam Selasa, dengan 302 kematian akibat COVID-19.

Perdana Menteri Chung Sye-kyun, dalam pertemuan para pejabat pemerintah, mengatakan bahwa kementerian kesehatan harus menyatakan tiga provinsi di bagian utara Korea Selatan sebagai zona bencana khusus, yang akan memberi provinsi tersebut hak untuk menerima bantuan tambahan dari pemerintah nasional.

Di negara tetangga Korea Utara, media pemerintah memperingatkan adanya hujan "deras", kemungkinan banjir, dan angin kencang.

Walaupun laporan media pemerintah Korut itu tidak menyebutkan kerusakan yang terjadi secara spesifik, Korea Utara secara historis rentan terhadap banjir.

Hujan deras tahun ini datang selama masa panen musim panas, sehingga meningkatkan kekhawatiran tentang keamanan pangan.

Hujan tampaknya menghantam beberapa daerah utama penghasil beras di Korea Utara. Hal itu terjadi saat penutupan perbatasan untuk mencegah penyebaran COVID-19 sehingga membatasi pasokan kebutuhan utama pertanian, seperti pupuk dari China, kata Choi Yong-ho, peneliti dari Korea Rural Economic Institute di Seoul.

"Banjir ini akan berdampak negatif bagi pasokan makanan di Korea Utara," katanya.

Sumber: Reuters

Baca juga: Masih ada COVID-19, Korsel seru warga pertimbangkan libur musim panas
Baca juga: Perusahaan Korsel sebut tes obat anti-parasit efektif untuk COVID-19

Penerjemah: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020