Karachi, Pakistan (ANTARA) - Sekitar 30 orang terluka akibat granat yang meledak saat massa di Kota Karachi, Pakistan, berunjuk rasa, Rabu (5/8), memprotes dicabutnya otonomi khusus Kashmir oleh Pemerintah India pada 2019.

Korban langsung dilarikan ke beberapa rumah sakit dan salah satu dari mereka kritis, kata seorang pegawai departemen kesehatan di Karachi, Provinsi Sindh.

Sementara itu, Kepala Kepolisian Karachi Ghulam Nabi Memon mengatakan sebuah granat dilemparkan ke arah kerumunan massa, sehingga menyebabkan pengunjuk rasa luka-luka.

Kelompok separatis bersenjata, Tentara Revolusioner Sindhudesh (SRA), yang telah aktif dalam beberapa bulan terakhir, mengklaim serangan tersebut.

SRA pada Juni juga mengklaim tiga ledakan berturut-turut yang terjadi pada Juni. Setidaknya empat orang, termasuk dua tentara, tewas akibat ledakan itu.

Kelompok separatis itu menuntut Sindh, provinsi yang beribu kota di Karachi, untuk memisahkan diri dari Pakistan. SRA juga mengumumkan aliansinya dengan Tentara Pembebasan Balochistan, grup garis keras yang menuntut otonomi lebih luas di Balochistan, daerah di barat daya Pakistan.

Serangan granat berlangsung saat banyak warga Pakistan di Karachi berunjuk rasa memprotes pencabutan status khusus Kashmir. Jamaat-e-Islami, partai sayap kanan Pakistan yang menggerakkan aksi massa pun membatalkan unjuk rasa setelah adanya ledakan granat.

Pemerintah India, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Narendra Modi, pada Agustus 2019 mencabut status khusus Jammu dan Kashmir, satu-satunya negara bagian dengan penduduk mayoritas Muslim di India.

Tidak hanya itu, India juga memisahkan negara bagian itu jadi dua daerah yang diatur oleh pemerintah pusat.

Pemerintah mengatakan perubahan itu bertujuan memulihkan sektor perekonomian di Jammu dan Kashmir, serta menyatukan wilayah itu dengan daerah lain di India. Namun, kebijakan tersebut membuat warga Kashmir dan Pakistan geram.

Kashmir merupakan wilayah yang diklaim oleh India dan Pakistan. Dua negara itu telah berperang memperebutkan wilayah Kashmir. Saat ini, dataran tinggi itu dikuasai oleh India dan Pakistan.

Otoritas di India sejak Rabu mengerahkan tentara dan membatasi kegiatan masyarakat di Kashmir untuk mencegah potensi unjuk rasa.

Sumber: Reuters

Baca juga: PM Modi resmikan pembangunan kuil Hindu di tempat masjid dihancurkan

Baca juga: Pakistan soroti posisi hukum sengketa Jammu, Kashmir

Penerjemah: Genta Tenri Mawangi
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020