Depok (ANTARA) - Pengamat ekonomi Faisal Basri menyarankan kepada pemerintah sebaiknya agenda utama yang diprioritaskan harus beriringan bersama antara pemulihan ekonomi dan penanganan COVID-19.

"Sebaiknya agenda utama yang diprioritaskan pemerintah jangan pemulihan ekonomi saja, sementara penanganan COVID-19-nya dilonggarkan sebagaimana yang tercermin dari struktur yang terlihat lebih mengutamakan pemulihan ekonomi," kata Faisal dalam keterangannya Jumat.

Faisal mengatakan pemulihan ekonomi perlu dilakukan tapi penanganan COVID-19 harus juga jalan terus supaya resesinya tidak berkepanjangan, sebab kita tidak punya energi yang cukup banyak untuk menghadapi resesi tersebut. Sehingga di tahun 2021 pertumbuhan ekonomi yang terjadi lebih 'smooth' (lancar).

Menurut dia, resesi itu hampir pasti terjadi namun yang harus dilakukan pemerintah adalah bagaimana membuat resesi itu sedangkal mungkin agar tidak sangat dalam. Resesi jangan dihindari dengan melakukan tindakan-tindakan yang progresif dengan menafikan COVID-19.

"Kita belum masuk resesi karena acara teknis berdasar penurunan level of out put untuk kurun waktu tertentu atau pertumbuhan ekonomi yang minus selama dua triwulan berturut-turut. Jadi pada saat ini kita belum resesi karena di triwulan pertama kita masih positif pada angka 3 persen, begitupun di triwulan kedua kita belum tahu karena belum diumumkan," katanya.

Baca juga: Menghindari jurang resesi dengan percepatan stimulus belanja

Meskipun sudah diumumkan kita masih belum memasuki resesi saat ini. Jika pada triwulan kedua kali ini pertumbuhan ekonomi kita minus kemudian pada triwulan berikutnya (triwulan ketiga) kita juga minus barulah kita dikatakan resesi.

Prediksi kuat pada triwulan kedua ini adalah minus, begitupun di triwulan ketiga. Jadi pada bulan November nanti secara resmi kita baru tahu pengumumannya apakah Indonesia benar-benar mengalami resesi atau tidak.

Faisal lebih lanjut mengatakan agar penanganan pandemi COVID-19 berjalan lancar, pemerintah bisa belajar dari penanganan peristiwa bencana tsunami di Aceh dahulu.

"Pak Kuntoro sebagai 'komandan perang' bersama Fuad Ahmani yang memegang anggaran semuanya begitu ahli dan bisa bekerja fulltime 24 jam. Mereka juga mampu memprediksikan/mengantisipasi hal-hal yang kemungkinan bisa terjadi, memiliki kemampuan leadership, dan mampu memobilisasi semua kemampuan yang ada," jelasnya

Baca juga: Ekonom katakan cegah resesi harus selaras dengan tahan laju COVID-19

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020