ini menjadi motivasi bagi kita terutama para penenun kita di NTT
Kupang (ANTARA) - Ketua DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Emelia Nomleni mengatakan produk tenun ikat berupa pakaian adat dari NTT yang dipakai Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara besar kenegaraan menjadi motivasi khusus bagi para penenun di provinsi berbasiskan kepulauan ini.

"Ini bukan hanya soal memakai, tetapi ini menjadi motivasi bagi kita terutama para penenun kita di NTT untuk terus mempertahankan hasil karya intelektual ini," katanya kepada wartawan, di Kupang, Senin.
Baca juga: Makna tenun kaif NTT yang dipakai Jokowi saat upacara HUT RI


Ia menjelaskan, Presiden Jokowi dua kali mengenakan pakaian adat NTT, yakni dari Sabu dalam acara besar kenegaraan yakni pada Pidato Tahunan MPR RI Tahun 2020 di Kompleks Parlemen Senayan pada Jumat (14/7), dan pakaian adat Timor Tengah Selatan pada upacara peringatan HUT Ke-75 Kemerdekaan RI, di Istana Merdeka pada Senin hari ini.

Emelia Nomleni mengatakan, pihaknya memberikan apresiasi dan terima kasih kepada Kepala Negara, karena ini menjadi kado yang istimewa pada HUT kemerdekaan buat masyarakat NTT.

"Kita tidak pernah berpikir bahwa Presiden, orang nomor satu di Indonesia dua kali memakai pakaian adat NTT dalam waktu yang sangat dekat," katanya lagi.

Menurut dia, apa yang ditampilkan orang nomor satu di Indonesia itu memberikan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat NTT yang memiliki produk budaya tenun ikat yang luar biasa.

Pada sisi lain, kata politisi PDI Perjuangan ini, hal ini juga menjadi bagian dari bentuk pemberdayaan terhadap para penenun sekaligus penghargaan terhadap karya intelektual para perempuan NTT yang menyebar di desa-desa.

"Para perempuan sering dianggap bodoh, dianggap tidak tahu apa-apa, tetapi mereka memberikan karya terbaik kepada bangsa dan negara," katanya.

Emelia juga mengajak para penenun di NTT untuk terus berkarya menghasilkan produk-produk tenun ikat bernilai jual tinggi yang dapat dipasarkan untuk meningkatkan kesejahteraan.
Baca juga: Regenerasi penenun tenun ikat di Kampung Berseri Astra Sonraen

Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2020