Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk lebih meningkatkan lagi kerja sama Indonesia dengan Indiana
Jakarta (ANTARA) - Diaspora Indonesia akan mendirikan pabrik tempe berskala besar pertama di negara bagian Indiana, Amerika Serikat, demikian disampaikan dalam keterangan tertulis KJRI Chicago yang diterima di Jakarta, Kamis.

Diapora Indonesia bernama Mayasari Effendi yang tinggal di kota Greensburg, Indiana, akan mendirikan pabrik tempe skala besar pertama di kawasan Midwest Amerika Serikat.

Lahan dan peralatan pabrik telah disiapkan dan pabrik tempe itu diperkirakan dapat beroperasi penuh pada awal 2021.

Negara bagian Indiana dipilih karena merupakan salah satu sentra produksi utama AS di bidang pertanian.

Baca juga: "Diplomasi tempe" mendekatkan Indonesia dan Amerika Serikat
Baca juga: Kuliner Indonesia di Tiongkok, sayur asem pakai lemon


Salah satu produk unggulan dari Indiana adalah kedelai berkualitas premium, yang didukung oleh bibit dan penguasaan teknologi pertanian yang maju.

Untuk itu, Indiana dinilai juga sangat potensial untuk menjadi mitra Indonesia dalam transfer teknologi produksi kedelai, pengembangan kerja sama teknik, berbagi pengalaman dan penerapannya.

"Kerja sama tersebut antara lain dalam hal pengembangbiakan bibit kedelai unggul, peningkatan kerja sama ekspor kedelai, hingga kerja sama teknik berupa program pemagangan bagi pemuda Indonesia untuk belajar pola penanaman, pengelolaan panen hingga cara memproduksi produk-produk berbasis kedelai yang berkualitas," kata Konsul Jenderal RI di Chicago, Meri Binsar Simorangkir.

Hal itu disampaikan Konjen Meri dalam acara temu bisnis di kota Greensburg, negara bagian Indiana, dalam rangka mempromosikan potensi kerja sama bidang perdagangan dan investasi serta pariwisata (TTI) sesuai fokus diplomasi ekonomi Indonesia.

Acara temu bisnis yang diadakan di restoran Mayasari Indonesian Grill milik diaspora Indonesia tersebut dihadiri langsung oleh Walikota Greensburg, Joshua Marsh, dan para pebisnis dari kamar dagang dan industri serta asosiasi pengusaha kedelai, dan asosiasi eksportir yang bernaung di kawasan Midwest Amerika Serikat.

"Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk lebih meningkatkan lagi kerja sama Indonesia dengan Indiana," ujar Meri.

Selain promosi kerja sama, KJRI Chicago juga hadir untuk mendukung kiprah Mayasari Effendi, yang aktif mempromosikan budaya dan kuliner Indonesia di Indiana melalui restoran Mayasari Indonesian Grill miliknya, khususnya dengan menu makanan tempe yang dibuat menjadi berbagai hidangan.

Selama ini, Mayasari dan keluarga yang memiliki industri rumah tangga untuk produksi tempe hanya bisa menghasilkan ratusan bungkus tempe. Namun, setelah pendirian pabrik tersebut, produksi tempe diharapkan bisa mencapai 1,6 juta bungkus per minggu.

Menurut Mayasari, keinginan untuk mendirikan pabrik tempe di Greensburg tersebut disebabkan semakin banyaknya warga di AS yang mengonsumsi tempe. Pesanan tempe tidak hanya berasal dari warga Greensburg, tetapi juga datang dari negara-negara bagian lainnya di AS.

Selama ini, tempe lebih umum dikonsumsi dalam skala besar di pantai timur dan barat AS, sehingga rencana pendirian pabrik tempe di Midwest adalah sesuatu yang baru.

Indonesia saat ini masih mengimpor kedelai dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan konsumsi domestiknya.

Selama lima tahun terakhir, impor kedelai Indonesia dari AS umumnya diperoleh dari negara Bagian Illinois dan Ohio, menurut keterangan KJRI Chicago.

Dalam rangkaian acara temu bisnis itu, Konjen RI Chicago juga mengunjungi lahan pertanian kedelai milik diaspora Indonesia, lokasi calon pabrik tempe pertama di Midwest, serta perusahaan pemasok bibit tanaman dan kacang kedelai terbesar di Midwest bernama Steward Seed.

Sesuai dengan topik pembahasan tentang kacang kedelai, pada acara temu bisnis ini para hadirin juga menikmati makanan khas Indonesia berbasis kedelai yakni tempe, yang telah diolah menjadi salad tempe dan rendang tempe.

Baca juga: 92 persen kedelai impor asal AS diserap industri tempe
Baca juga: NHK Jepang liput produksi tempe

Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020