Sejauh ini beberapa debitur yang kita ambil adalah debitur yang baik, yang kira-kira bisa memberikan manfaat kepada kita, terutama debitur UMKM
Jakarta (ANTARA) - Direktur Manajemen Risiko PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) TBk Agus Sudiarto memperkirakan total nilai restrukturisasi kredit perseroan sampai akhir tahun akan mencapai Rp200 triliun.

"Kita memperkirakan sampai dengan akhir tahun angka restrukturisasi kredit yang saat ini Rp182 triliun kurang lebih bisa di Rp200 triliun. Jadi kurang lebih 20-an persen dari portofolio BRI yang terdampak COVID dan kita restrukturisasi," ujar Agus saat paparan publik secara virtual di Jakarta, Kamis.

Agus menuturkan per 10 Agustus 2020 lalu BRI melakukan restrukturisasi 2,9 juta debitur senilai Rp182,8 triliun. Sektor mikro dan kecil merupakan yang terbesar, sedangkan sektor konsumer dan menengah masing-masing mencapai 42 ribu nasabah dan 140 ribu nasabah yang direstrukturisasi.

Baca juga: Dirut BRI: Permintaan kredit belum mampu imbangi pertumbuhan dana

"Kami perkirakan puncak restrukturisasi ini sudah selesai di bulan Mei dan Juni. Juli masih ada restrukturisasi tapi relatif kecil dan di Agustus hanya menyisakan debitur-debitur korporasi yang sebetulnya sudah kita lakukan putusan di komite, hanya tinggal masalah dokumentasi legal. Kita berharap COVID-nya tidak berkepanjangan," kata Agus.

Terkait rasio kredit bermasalah atau NPL, saat ini NPL perseroan tercatat 2,98 persen per Juni 2020. Untuk mempertahankan NPL di kisaran 3 persen, lanjut Agus, perseroan akan mengelola portofolio kredit eksisting dan juga mendapatkan portofolio kredit baru.

Baca juga: OJK sebut perbankan lakukan restrukturisasi senilai Rp837,64 triliun

"Yang sudah ada kita monitoring dengan ketat. Kita lakukan upaya-upaya preventif terhadap debitur terdampak COVID meski sudah ada restrukturisasi Rp183 triliun untuk lebih dari 2,9 juta debitur itu, tetap musti kita review," ujar Agus.

Sementara terhadap debitur yang baru, manajemen akan sangat berhati-hati dalam mengambil portfolio baru dengan melihat sektor usaha dan juga wilayahnya, serta berbagai kriteria lainnya.

"Sejauh ini beberapa debitur yang kita ambil adalah debitur yang baik, yang kira-kira bisa memberikan manfaat kepada kita, terutama debitur UMKM khususnya di sektor mikro. Karena pertumbuhan di sektor mikro lebih tinggi dibandingkan sektor lain di BRI," ujar Agus.

Baca juga: Bos BRI sebut target kredit Rp30 triliun dari dana PEN sudah tercapai


 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020