Pulau Jawa untuk Nusantara bahkan internasional semakin berkembang pesat
Jakarta (ANTARA) - Sejarawan Universitas Diponegoro Prof Singgih Tri Sulistyono mengatakan meskipunbukan produsen namun dalam sejarahnya Jawa pernah menjadi kosmopolitan di Nusantara berkat perniagaan rempah-rempah.
 

"Jawa bukan penghasil rempah-rempah, kecuali Banten yang menghasilkan lada, tapi hampir sepanjang sejarahnya dinamikanya dipengaruhi dan ditentukan perniagaan rempah-rempah," kata Singgih dalam diskusi daring Budaya Rempah di Pusaran Jawa yang diadakan Direktorat Jenderal Kebudayaan diakses di Jakarta, Jumat.
 

Penulis dan penjelajah bangsa Portugis Duarte Barbosa yang sempat ke Nusantara sekitar abad 16 menggambarkan makmurnya kota-kota pelabuhan di pantai utara Jawa, yang kekayaannya dari perdagangan rempah-rempah sangat besar, tidak pernah dijumpainya di manapun sebelumnya, ujar dia.
 

Selain bangsawan yang kaya, Barbosa menggambarkan adanya keturunan China, Arab, Persia, Gujarat dan sebagainya yang hidup di kota-kota pelabuhan utara Jawa tersebut yang, menurut Singgih, menunjukkan pesisir utara pulau tersebut sangat kosmopolitan.
 

Dengan demikian ia mengatakan rempah-rempah merupakan penggerak sejarah Nusantara, karena dinamika pulau-pulau dan kawasan yang bukan penghasil komoditas tersebut, seperti halnya Jawa yang menikmati keuntungan di sana sampai akhirnya perusahaan dagang VOC mengusai seluruh perniagaannya di pulau tersebut.
 

Sebelum bangsa Eropa datang, Jawa memiliki kedudukan penting dalam pelayaran di Nusantara. Utusan dagang dari pulau tersebut sudah ada yang diutus ke China bahkan sebelum mereka mulai mengarungi perairan Nusantara.

Baca juga: Kemendikbud : Jalur Rempah sejarah yang tidak boleh ditelan zaman

Baca juga: Pemerintah gencarkan promosi Jalur Rempah sebagai warisan budaya

 

"Peran Pulau Jawa untuk Nusantara bahkan internasional semakin berkembang pesat setelah pusat politik berpindah ke Jawa Timur, kata Singgih. Mereka mengambil peran penting hingga menjangkau dunia", katanya.
 

Pada masa Kerajaan Majapahit, ia mengatakan dunia perniagaan rempah-rempah atau maritim dapat dikontrol dengan baik. Tapi di abad 15 mulai terjadi disintegrasi dalam kerajaan yang dipengaruhi faktor eksternal dan internal.
 

Kedatangan pedagang dari berbagai daerah dan negara, menurut Singgih, menjadi salah satu faktor penyebab Majapahit cepat mengalami disintegrasi. Namun menariknya secara ekonomi jejaring perdagangan maritim di kepulauan Nusantara semakin berkembang karena munculnya pusat kekuatan ekonomi dan politik baru.
 

"Dan di antaranya itu dihubungkan dengan kegiatan perdagangan dan pelayaran," ujar dia.
 

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pati Winarto mengatakan Pati menjadi salah satu jalur rempah yang menjadi pintu masuk perdagangan rempah dari wilayah timur Jawa. Tidak mengherankan jika hingga kini Juwana terus berkembang mengingat letaknya strategis di pesisir utara Jawa Tengah.
 

Juwana, menurut dia, sejak dulu menjadi pusat galangan kapal terbaik di pesisir utara Jawa, sedangkan Tayu menjadi pelabuhan transit ke Jepara yang di masa kolonial menjadi pos dagang mereka.

Baca juga: Dirjen: Jalur rempah-rempah bagian penting peradaban bangsa

Baca juga: Kapulaga, rempah Indonesia yang makin diminati pasar ekspor
 

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020