Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu tertekan dipicu rencana perpanjangan kebijakan berbagi beban atau "burden sharing" antara pemerintah dan Bank Indonesia hingga 2022.

Rupiah ditutup melemah 172 poin atau 1,18 persen menjadi Rp14.745 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.573 per dolar AS.

"Isu burden sharing BI hari ini juga mungkin menambah tekanan ke rupiah hari ini dimana BI ikut membantu pembiayaan penanganan COVID-19 untuk memulihkan ekonomi Indonesia. Kebijakan ini dikhawatirkan menambah likuiditas rupiah di pasar sehingga rupiah tertekan," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Rupiah tertekan dipengaruhi perbaikan data ekonomi AS

Sentimen lainnya, pelemahan rupiah disebabkan oleh membaiknya data indeks aktivitas manufaktur AS pada Agustus yang membuat dolar AS menguat.

Indeks PMI AS menurut ISM berada di level 56, yang merupakan angka tertinggi dalam 19 bulan terakhir. Hal tersebut mengindikasikan aktivitas pabrik di AS semakin bergeliat dan ekspansif.

Sentimen tersebut turut menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini, ditambah faktor deflasi dalam negeri Agustus 2020 yang mengindikasikan daya beli masyarakat belum membaik.

Baca juga: Rupiah Rabu pagi melemah 32 poin

Rupiah pada pagi hari dibuka menguat di posisi Rp14.605 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.605 per dolar AS hingga Rp14.815 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Rabu menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.804 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.615 per dolar AS.
 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020