Moskow (ANTARA) - Pemerintah Rusia akan menyerahkan pinjaman senilai satu miliar dolar AS (sekitar Rp14,8 triliun) dari total komitmen 1,5 miliar dolar AS (sekitar Rp22,2 triliun) pada akhir 2020 ke Belarus, kata Menteri Keuangan Rusia, Anton Siluanov, Rabu.

Sisa pinjaman akan diberikan ke Belarus pada 2021, tambah dia.

Utang tersebut akan diberikan dalam mata uang dolar AS dan rubel Rusia. Pinjaman itu jadi salah satu bentuk dukungan untuk Belarus, negara bekas Uni Soviet, yang telah dipimpin oleh Presiden Alexander Lukashenko selama 26 tahun.

Ribuan massa di Belarus telah lama turun ke jalan mendesak Lukashenko mundur dari jabatannya setelah ia kembali menang pemilihan umum pada 9 Agustus 2020.

Kelompok oposisi mencurigai Lukashenko mencurangi pemilu, tetapi presiden menyangkal tudingan tersebut.

Unjuk rasa yang terus berlangsung di Belarus memicu aksi penarikan uang besar-besaran dan permintaan terhadap mata uang asing meningkat. Aksi tersebut menyebabkan nilai mata uang Belarus jatuh ke tingkat terendah dan memaksa Bank Sentral memangkas uang senilai 1,4 miliar dolar AS (sekitar Rp20,7 triliun) — seperlima dari total kas negara. Langkah itu dilakukan demi menyelamatkan nilai mata uang Belarus.

Di tengah kesulitan itu, Belarus tetap akan membayar utang sebesar satu miliar dolar AS (sekitar Rp14,8 triliun) yang akan jatuh tempo tahun ini, kata Lukashenko sebagaimana dikutip oleh kantor berita resmi, Belta, Rabu.

Presiden mengatakan pihaknya siap membayar utang “meskipun terjerat krisis”.

Lukashenko juga meminta Rusia untuk mengubah masa jatuh tempo jadi tahun depan. “Ini hanya masalah mencari cara pelunasan utang,” kata dia sebagaimana dikutip Belta.

Menteri Keuangan Rusia, Siluanov, ke para wartawan mengatakan Moskow membantu keuangan Minsk kembali stabil dengan menyalurkan pinjaman senilai 1,5 miliar dolar AS (sekitar Rp22,2 triliun).

Ia mengatakan syarat dan ketentuan untuk penyaluran pinjaman tahap akhir belum ditetapkan, tetapi kemungkinan akan jatuh tempo dalam waktu 10 tahun.

Pinjaman itu akan membantu menopang keuangan Belarus yang nilai arus keluar nyaris mencapai satu miliar dolar AS bulan lalu.

Menurut kepala ekonom Renaissance Capital, Sofia Donets, di Moskow, Rusia menguasai kurang lebih 50 persen dari total utang Belarus sebanyak 18 miliar dolar AS (sekitar Rp266,4 triliun).

Sejauh ini belum ada data yang tersedia untuk melihat dinamika kas keuangan Belarus pada September. Namun, pernyataan terbaru Bank Sentral dan sinyal dari pasar uang menunjukkan “tekanan likuiditas sistem perbankan mulai reda," kata lembaga pemeringkat Moody’s minggu ini.

“Namun, adanya krisis politik di Belarus menyebabkan tingkat kepercayaan pasar rentan rapuh dan risiko uang ke luar kembali menguat,” terang Moody’s.

Rusia telah meminta bank-bank negara untuk menyediakan persediaan uang untuk rekan mereka di Belarus, kata seorang narasumber. Dua negara juga menggelar latihan militer gabungan di perbatasan Belarus dan Polandia minggu ini.


Sumber: Reuters
Baca juga: AS pertimbangkan beri sanksi untuk Belarus atas kecurangan pemilu
Baca juga: Uni Eropa akan bahas krisis pilpres Belarus
Baca juga: Belarus minta Rusia kirim pesawat tempur


Penerjemah: Genta Tenri Mawangi
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020