Indonesia tidak dapat melakukan sendiri penelitian laut dalam sehingga perlu kerja sama dengan orang-orang yang memiliki keahlian dan institusi yang memiliki spesialisasi di laut dalam
Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan Republik Indonesia (RI) sangat terbuka terhadap berbagai kerja sama riset dengan mitra internasional untuk penelitian mendalam terkait keanekaragaman hayati (kehati) laut.

"Kami sangat menyambut baik kerja sama penelitian internasional karena pada satu titik kami perlu meningkatkan kapasitas penelitian kami dalam berbagai waktu singkat dengan meningkatkan jaringan, dan pada saat yang sama kami berada di tengah persaingan global yang harus kami ikuti," katanya dalam International Symposium on Coastal and Marine Biodiversity (ISCOMBIO) 2020 secara virtual, di Jakarta, Kamis.

Menristek mengatakan penelitian tentang keanekaragaman hayati pesisir dan laut perlu ditingkatkan untuk alasan ilmiah serta untuk melindungi ekosistem pesisir dan laut serta keanekaragaman hayati.

Penelitian bersama, kata dia,  baik di tingkat nasional dan internasional, merupakan salah satu solusi dan sangat penting karena masih sedikitnya ahli taksonomi kelautan atau ahli biologi yang berminat melakukan kajian tentang keanekaragaman hayati pesisir dan laut.

"Indonesia tidak dapat melakukan sendiri penelitian laut dalam sehingga perlu kerja sama dengan orang-orang yang memiliki keahlian dan institusi yang memiliki spesialisasi di laut dalam," katanya.

Menristek menyatakan biodiversitas laut memiliki peran penting bagi kehidupan manusia, dan eksplorasi lebih jauh perlu dilakukan. Sebagian pertumbuhan ekonomi bangsa juga bisa datang dari kekayaan biota laut.

Bambang PS Brodjonegoro  berharap Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dapat memperluas kolaborasi mereka dengan berbagai pihak di dunia dan semua ahli yang memiliki minat terhadap keanekaragaman hayati laut.

Baca juga: 10 spesies baru diidentifikasi dalam ekspedisi laut dalam selatan Jawa

Baca juga: Greenpeace: Tambang laut dalam dapat rusak "perbatasan terakhir kita"

Baca juga: LIPI temukan "kecoak laut raksasa" pertama dari laut dalam Indonesia

Kepala LIPI Laksana Tri Handoko mengatakan kehidupan dari laut begitu misterius dan masih banyak yang belum tergali dan terpetakan karena perkembangan sains dan teknologi di bidang kelautan dan kemaritiman masih rendah jika dibandingkan dengan di wilayah daratan.

Padahal, upaya pemanfaatan yang berkelanjutan harus dibekali dan dibarengi dengan kemampuan serta kesiapan sains dan teknologi yang mumpuni.

Ia mengatakan bahwa sebagai "megabiodiversity" dunia, dan dengan total luas perairan 70 persen dari total wilayah negara, potensi eksplorasi, pemanfaatan, dan pelestarian sumber daya laut dan pesisir Indonesia sangat besar dan menjanjikan bagi devisa negara.

"Namun, masih banyak yang belum terungkap dan bersifat misteri serta belum dikelola dengan maksimal berbasis sains dan teknologi," katanya.

Untuk itu, ke depan pengungkapan misteri dan penggalian pemanfaatan sumber daya laut dan pesisir perlu menjadi fokus perhatian bangsa Indonesia.

LIPI mengajak para ilmuwan muda bergabung untuk menjelajahi pesisir dan laut di Indonesia khususnya laut dalam.

Pihaknya sangat mendorong penelitian kolaboratif dengan mitra nasional dan internasional yang melibatkan peneliti dan infrastruktur penelitian yang dikelola LIPI. Infrastruktur penelitian itu terbuka untuk digunakan umum.

"LIPI sangat berkomitmen untuk mendukung penelitian dan pengembangan keanekaragaman hayati di Indonesia dengan meningkatkan fasilitas penelitian kami terkait studi keanekaragaman hayati termasuk yang kami sudah mulai pembangunan laboratorium keanekaragaman hayati, fasilitas big data, dan armada kapal penelitian yang akan datang," demikian Handoko.

Baca juga: LIPI siapkan kapal riset laut dalam

Baca juga: BPPT lirik kerjasama riset laut dalam

Baca juga: Indonesia masih tertinggal dalam riset sampah laut

Baca juga: IPB gandeng Taiwan perkuat riset laut dalam

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020