Beijing (ANTARA News) - Salah satu artis paling kontroversial di China angkat bicara mendukung Google menghadapi kebuntuannya dengan pihak Beijing, dan memberitahu kalau akun Gmail miliknya telah disusupi hacker.

Dalam wawancaranya dengan The Wall Street Journal, Ai Weiwei mengatakan, Google memberikan sebuah pelajaran berharga untuk publik di China dengan menentang sensor pemerintah meski hal itu berisiko mengorbankan pasar online terbesarnya di dunia.

Ai yang tengah populer dan kerap mengalami penyensoran atas tulisannya yang berbau politik di blognya mengatakan, dua akun Gmailnya telah disusupi hacker sejak Oktober tahun lalu, dimana ada kiriman pesan ke alamat yang tidak diketahuinya.

Ai mengingatkan bahwa langkah penyensoran pemerintah China itu tidak akan berhasil secara luas.

"Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana sebuah negara dengan aliran informasi dan kebebasan berbicara yang dibatasi bisa menjadi kuat. Kalaupun bisa, akan menjadi apakah negara ini," ujarnya dalam tulisan.

Bulan lalu Google mengancam menutup mesin pencari berbahasa Chinanya, yaitu Google.cn, dan akan hengkang dari China karena serangan terhadap layanannya. Google juga menyatakan menolak tunduk terhadap aturan sensor.

Pihak pemerintah China menolak segala keterlibatannya dalam serangan yang dituding Google menyasar akun e-mail para aktivis aktivis HAM China.

"Hal ini menyemangati publik China yang melihat bahwa perusahaan sekelas Google saja menyadari kalau penyensoran adalah sebuah bentuk pelanggaran norma dan HAM," kata Ai.

"Para politisi dan pengusaha jangan menjual hak asasi hanya karena keuntungan semata, jangan karena kesepakatan jangka pendek malah menghasilkan kerugian jangka panjang."

Ai pertama kali terkenal pada akhir tahun 70an sebagai anggota dari sebuah pelopor kelompok seniman yang dikenal dengan nama "The Stars." Dia lalu  hijrah ke Amerika Serikat (AS), dan menghabiskan waktunya lebih dari satu dekade sebelum kembali ke tanah kelahirannya pada tahun 90-an.

Kini ia menjadi pimpinan sebuah kelompok sukarelawan yang menyelidiki kasus runtuhnya bangunan sekolah miskin pada gempa bumi besar pada bulan Mei 2008 di Barat daya provinsi Sichuan, yang menelan korban meninggal dunia dan hilang lebih dari 87 ribu jiwa.
(yud/B010)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010