Jakarta (ANTARA) - PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia optimistis nilai transaksi saham investor akan semakin meningkat didukung kebangkitan investor ritel dalam negeri di masa pandemi.

"Saat ini market share kami dari sisi total nilai transaksi investor (transaction value) terhadap total nilai transaksi seluruh investor di Indonesia adalah 7,98 persen. Kami yakin nilai transaksi akan terus meningkat seiring kenaikan jumlah investor kami yang dalam waktu dekat akan menembus angka 200.000," kata President Director Mirae Asset Sekuritas Indonesia Tae Yong Shim dalam pernyataan di Jakarta, Senin.

Nilai transaksi saham investor PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia mencapai posisi tertinggi di Tanah Air setelah mencapai Rp227,13 triliun pada akhir pekan lalu.

Baca juga: Hingga Agustus 2020 nilai transaksi saham warga Sumbar Rp4,17 triliun

Tae Yong Shim menuturkan, minat investor ritel berinvestasi di pasar saham semakin meningkat. Kalau dulunya investor ritel berinvestasi dari pasar saham karena ikut-ikutan teman saja, saat ini investor ritel sudah semakin pintar dalam berinvestasi saham.

"Mereka menggunakan analisa teknikal, fundamental, dan bahkan ada juga yang lebih berpikir jauh ke depan (futurist). Seiring berjalannya waktu, jumlah investor dan nilai transaksi saham di segmen ritel pun semakin meningkat. Puncaknya, investor ritel menjadi semakin dominan di industri pasar saham Indonesia ketika terjadinya pandemi COVID-19," ujar Tae Yong Shim.

Kenaikan jumlah nasabah tersebut, lanjut Tae Yong Shim, seiring dengan optimisnya pelaku pasar bahwa target investor pasar modal dapat tumbuh menjadi 5 juta pada 2021, sesuai dengan harapan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Per Agustus lalu, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat jumlah investor pasar modal, yang terdiri dari investor saham, obligasi, dan reksa dana, sudah mencapai 3,02 juta.

Data BEI juga menunjukkan total transaksi Bursa Efek Indonesia sejak awal tahun hingga Jumat (25/9) lalu mencapai Rp2.846 triliun dengan volume dan frekuensi transaksi saham sudah melewati 33 miliar lot saham dan 209 juta kali transaksi.

Baca juga: BEI targetkan transaksi harian saham Rp9 triliun pada tahun depan

Frekuensi transaksi dan volume Mirae Asset Sekuritas tercatat sudah 4,07 miliar lot saham yang ditransaksikan melalui 33,55 juta transaksi. Sehingga, transaksi saham Mirae Asset Sekuritas berada di urutan pertama baik dari sisi nilai transaksi, volume, dan frekuensi dari total 105 sekuritas anggota bursa (AB).

Data yang sama juga menunjukkan Mirae Asset Sekuritas sudah melampaui nilai transaksi sepanjang 2019 yaitu Rp207,7 triliun pada 10 September lalu. Per 25 September, pangsa pasar nilai transaksi Mirae Asset Sekuritas sudah mencapai 7,98 persen, hampir dua kali lipat dari pangsa pasarnya tahun lalu 4,64 persen.

Tae Yong Shim juga menuturkan bahwa sejak 2017 lalu, nilai transaksi saham investor Mirae Asset Sekuritas ada di angka Rp144,1 triliun, berporsi 3,98 persen dari total transaksi saham di bursa. Lalu pada 2018, nilai transaksi saham sekuritas berkode broker YP tersebut meningkat 25,14 persen menjadi Rp 180,33 triliun atau 4,42 persen dari total transaksi bursa saham.

Pada 2019, nilai transaksi tersebut naik 14,3 persen menjadi Rp206,13 triliun, di mana pangsa pasarnya meningkat menjadi 4,62 persen. Sepanjang tahun ini, yaitu sejak awal tahun hingga Jumat pekan lalu (25/9), nilai transaksi perusahaan sudah mencapai Rp227,13 triliun, naik sekitar 10,11 persen dari capaian 2019.

Di pasar modal Indonesia sejak 2017, Mirae Asset Sekuritas relatif unggul di pasar modal sebagai broker dengan frekuensi dan volume transaksi tertinggi dari total 105 sekuritas anggota bursa. Tahun ini, perusahaan berharap dapat mempertahankan posisi teratas dalam tiga aspek tersebut sekaligus.

Tae Yong Shim menilai faktor pertama yang menentukan pencapaian perusahaan saat ini adalah inovasi yang terus dilakukan oleh Mirae Asset Sekuritas sehingga terus dipercaya oleh investor ritel di Indonesia.

Selain itu, dia menilai faktor kedua yang memberikan dampak kepada perusahaan hingga dapat meningkatkan nilai transaksi investornya adalah semakin dewasanya investor ritel Indonesia dalam berinvestasi di pasar modal. Ini adalah buah dari edukasi secara terus-menerus yang dilakukan oleh perusahaan sejak bertahuntahun yang lalu.

"Pandemi covid-19 tidak menghalangi kami untuk terus melakukan edukasi, bahkan justru saat ini kami dapat mengedukasi masyakat lebih banyak secara online, termasuk menggunakan media sosial yang kami miliki," kata Tae Yong Shim.

Faktor ketiga atau terakhir adalah pandemi COVID-19, meskipun Tae Yong Shim sangat prihatin dan berharap agar pandemi ini dapat segera berlalu. Saat ini, tuturnya, banyak masyarakat yang harus tetap dirumah dan bekerja dari rumah (work from home/WFH).

"Hal ini tentu membuat masyarakat lebih banyak memiliki waktu luang, namun di sisi lain ingin tetap produktif. Investasi di pasar saham adalah salah satu opsi yang bisa dilakukan," ujarnya.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020