Krisis) COVID-19 ini dampaknya sangat beda. Karakteristik krisisnya beda. Kalau yang global dan Asian financial crisis kita bisa hitung dan perkirakan kapan berakhirnya.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu menyatakan karakteristik krisis yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19 sangat berbeda dengan krisis lainnya.

“(Krisis) COVID-19 ini dampaknya sangat beda. Karakteristik krisisnya beda. Kalau yang global dan Asian financial crisis kita bisa hitung dan perkirakan kapan berakhirnya,” katanya dalam diskusi daring di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Berharap jurang resesi tak terlalu dalam

Febrio menyebutkan dampak karena pandemi ini lebih dalam dari berbagai krisis yang sudah pernah dialami seperti global financial crisis dan Asian financial crisis karena krisis terdahulu bisa diprediksi waktu berakhirnya.

Global financial crisis semua dunia negatifnya kecil tapi waktu itu negara majunya dalam. Negara berkembang termasuk Indonesia responnya ressilient. Kalau Asian financial crisis Indonesia sangat dalam,” jelasnya.

Meski demikian, ia mengatakan saat ini sudah ada tanda-tanda aktivitas perekonomian masyarakat setelah sebelumnya sempat tertekan akibat pembatasan mobilitas untuk menekan jumlah penyebaran kasus COVID-19.

Baca juga: Kemenkeu: Deflasi tiga bulan beruntun sinyal ekonomi belum pulih

Oleh karena itu, pemerintah memprediksikan pertumbuhan kuartal III tahun ini akan lebih baik dibandingkan kuartal II meskipun masih berada di zona negatif yaitu dari terkontraksi 5,32 persen menjadi antara minus 2,9 persen sampai minus 1 persen.

“Ini tetap menunjukkan konsistensi dengan prediksi kita bahwa kuartal III akan lebih baik dari kuartal II,” tegasnya.

Baca juga: Indonesia masuki zona resesi, apa arti resesi dan dampaknya?

Sementara itu, ia mengatakan ekonomi Indonesia secara keseluruhan tahun ini diperkirakan berada di level antara minus 1,7 persen sampai minus 0,6 persen sehingga menimbulkan sikap optimisme untuk tahun depan agar tumbuh lebih tinggi.

“Lalu 2021 karena kita berangkat dari low base pada 2020 jadi pasti ada dampaknya yaitu pertumbuhan kita lebih mudah yaitu 5 persen,” katanya.

Ia menjelaskan dalam mengejar target pertumbuhan yang tinggi untuk tahun depan maka salah satu jalan yang harus ditempuh adalah memastikan investasi harus positif.

“Harus reformasi dari 2020 ke 2021, termasuk bagaimana pastikan investasi positif di 2021 karena kalau tetap negatif, berat sekali. Cara investasi positif? Ya peluang harus diperbaiki,” tegasnya.

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020