mudah-mudahan generasi muda ini mau turut mengembangkan budaya batik kita
Pekanbaru (ANTARA) - Kerajinan batik khas Melayu Riau kini dalam kondisi memprihatinkan karena di Kota Pekanbaru hanya tersisa dua perajin yang masih aktif.

Berdasarkan penelusuran ANTARA di Kota Pekanbaru untuk liputan Hari Batik Nasional, Jumat, hanya ada dua perajin yang membuat batik Melayu Riau, yaitu di Galeri Semat Tembaga di Jalan Kuantan VII. Di sana perajin membuat batik tulis dengan canting, di antaranya ada motif batik tabir dan tabur.

Sebelumnya, kerajinan batik Melayu Riau juga dibuat oleh sejumlah perajin di Gedung Dekranasda Riau di Jalan Sisingamangaraja. Namun, di tempat itu tidak memproduksi batik lagi karena tidak ada perajinnya. Sedangkan, galeri lainnya yang menjual batik khas Riau, memproduksi batik di Jawa dan menjualnya lagi di Pekanbaru.

“Sekarang kami hanya tinggal berdua, sebelumnya banyak waktu pertama berdiri sampai 20-an (orang) masih gadis-gadis jadi masih aktif. Setelah nikah, berumah tangga, urus anak jadi berhenti,” kata Panca, salah satu perajin batik yang tersisa di Pekanbaru.

Selain itu, ia menilai generasi muda juga sangat rendah minat untuk menekuni tradisi membatik. Pemilik Galeri Semat Tembaga, Encik Amrun Salmon, yang termasuk salah satu pelopor batik Melayu Riau sebenarnya sudah membuka peluang bagi siapapun yang ingin belajar membatik.

Baca juga: Karimun Akan Kembangkan Batik Bercorak Melayu

Baca juga: Batik Pagi-Sore disebut bagian dari "sustainable fashion"


Seorang perajin menggambar motif batik Melayu Riau di Galeri Semat Tembaga, di Kota Pekanbaru, Jumat (02/10/2020). (ANTARA/FB Anggoro)

Menurut dia, Encik Amrun Salmon belum lama ini mengadakan pelatihan membatik untuk 10 orang anak muda. Setelah pelatihan selama satu minggu, lanjutnya, hanya satu orang yang masih mau meneruskan ilmu yang didapatkannya.

“Di sanggar ini ada pelatihan-pelatihan untuk siapa yang mau boleh belajar, tapo minat anak muda di sini kuranng, sangat kurang,” katanya.

Pada peringatan Hari Batik Nasional, Panca berharap ke depan generasi muda bisa ikut melestarikan tradisi batik Melayu Riau. Ia mengakui profesi perajin batik butuh kesabaran dan ketelatenan tersendiri.

“Harapannya mudah-mudahan generasi muda ini mau turut mengembangkan budaya batik kita. Kerja ini memang sangat rumit, perlu ketelatenan, kesabaran. Anak muda sekarang maunya yang cepat, yang banyak gaji. Kalau membatik ini perlu kesabaran yang tinggi. Kalau salah diulang warnanya, tergantung kainnya juga, dan begitu selesai ada kepuasan batin tersendiri,” katanya.

Proses pembuatan batik tulis khas Melayu Riau tergantung motif yang dibuat. Motif yang sederhana bisa diselesaikan dalam 1-2 hari, namun untuk yang rumit bisa sampai 15 hari. Harga kain batik juga bervariasi tergantung tingkat kesulitan pembuatannya, yakni berkisar Rp300 ribu hingga Rp700 ribu per helai.

Baca juga: Wagub Riau menyesal lupa Hari Batik Nasional

Baca juga: Pameran batik catat transaksi Rp17 miliar

 

Pewarta: FB Anggoro
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020