Titik-titik kebakaran berdekatan dengan hutan yang terdapat banyak daun
Kupang (ANTARA) - Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, Diksel Haning mengatakan sedikitnya lima peristiwa kebakaran lahan dan hutan (karhutla) terjadi selama masa kekeringan di daerah itu.

“Sejak Juli 2020 sudah ada lima peristiwa karhutla selama masa kekeringan ini yang sudah kami tangani dengan melakukan pemadaman,” katanya ketika dihubungi dari Kupang, Kamis.

Ia menjelaskan, di antara peristiwa karhutla itu, terdapat titik kebakaran yang terjadi berulang seperti area hutan jati di Desa Oematamboli, Kecamatan Lobalain.

Selain itu, titik kebakaran lain yakni di Desa Lekunik Kecamatan Lobalain, Desa Keoen Kecamatan Kota Baru, dan juga di dekat area perkantoran pemerintah kabupaten.

“Titik-titik kebakaran ini umumnya berdekatan dengan hutan yang terdapat banyak daun dan kayu kering sehingga api mudah merambat dengan cepat,” katanya.

Baca juga: BMKG sebut 136 titik panas di NTT

Baca juga: BMKG: Wilayah NTT masih berpotensi terjadi karhutla


Diksel Haning mengatakan, pihaknya menduga kuat peristiwa kebakaran tersebut terjadi bukan karena faktor alam melainkan akibat ulah manusia.

Ia menjelaskan, rata-rata kebiasaan para petani di Rote Ndao membersihkan lahan dengan cara membakar titik

“Para petani kadang membakar lahan yang bersebelahan dengan hutan sehingga kita ada angin maka bunga api bisa menyambar ke area hutan,” katanya.

Selain itu, lanjut dia, ulah warga seperti membuang puntung rokok di rumput-rumput kering sehingga memunculkan titik api dan merambat menjadi luas.

Untuk itu, Diskel Haning kembali mengingatkan warga agar tidak melakukan praktik yang memicu terjadinya karhutla akan berdampak fatal mengingat lokasi perkebunan atau hutan juga berdekatan dengan rumah penduduk.

“Melalui media daring, juga jejaring media sosial, kami terus mengingatkan warga agar bersama mencegah karhutla di tengah masa kekeringan. Selain itu surat edaran bupati juga sudah kami imbau ke masyarakat soal ancaman kekeringan ini,” katanya.

Baca juga: BBKSDA terapkan pendekatan 3A dalam menjaga Cagar Alam Gunung Mutis

Baca juga: BMKG: Titik panas di NTT-Lampung bukan karena karhutla


Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020