Temanggung (ANTARA) - Ketua DPRD Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Yunianto menyayangkan aksi unjuk rasa yang berujung tindakan anarki di kantor DPRD setempat.

"Kami sebagai pimpinan DPRD sesungguhnya selalu 'welcome' terhadap aspirasi masyarakat terkait masalah apapun. Dengan aksi anarki ini kami sangat menyayangkan," katanya di Temanggung, Kamis.

Namun, pihaknya mengaku tidak tahu kondisi di lapangan seperti apa yang terjadi sehingga terjadi aksi anarki tersebut.

Ia mengimbau jangan lagi terjadi aksi anarki tersebut karena DPRD akan selalu terbuka dan selalu menyampaikan aspirasi dari masyarakat.

Baca juga: Buruh-mahasiswa jebol gerbang DPRD Jateng tolak UU Cipta Kerja

Dalam satu hari ini Gedung DPRD didatangi dua gelombang aksi unjuk rasa, yang pertama berlangsung pagi oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menggelar aksi penolakan Omnibus Law yang telah ditetapkan DPR RI. Aksi ini berlangsung tanpa ada insiden apapun.

Namun, unjuk rasa kedua di depan Gedung DPRD Kabupaten Temanggung, Kamis sore berlangsung ricuh mengakibatkan dua pintu gerbang gedung tersebut. yakni di sisi barat dan sisi utara rusak.

Aksi lempar batu dan kejar-kejaran juga terjadi dalam unjuk rasa yang dilakukan oleh ratusan warga. Bahkan pihak kepolisian juga sempat menembakkan gas air mata kepada massa yang berusaha merusak fasilitas umum kantor DPRD.

Namun, hal itu justru membuat massa semakin beringas dan melempari aparat dengan batu setelah mobil water canon sempat hendak dikeluarkan.

Keadaan tersebut sempat berhasil direda oleh aparat kepolisian.

Baca juga: Aksi unjuk rasa tolak omnibus law di DPRD DIY ricuh

Namun, tidak berselang lama massa berjalan menuju Jalan KS Tubun.

Tiba-tiba mereka membawa sejumlah ban mobil yang dikumpulkan di perempatan Bank BCA dan membakar ban tersebut.

Tidak berselang lama aparat kepolisian berhasil memadamkan api.

Massa merasa tidak terima, dan bentrok kembali terjadi.

Anggota polisi yang dilengkapi tameng dan tongkat pemukul akhirnya diturunkan untuk menghalau massa.

Baca juga: Epidemiolog UGM: Unjuk rasa berisiko transmisi COVID-19

Aksi lempar batu pun terus terjadi hingga aparat kepolisian harus dibantu dengan water canon untuk memadamkan api dan mendorong massa mundur. Akhirnya massa membubarkan diri.

Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2020