New York (ANTARA) - Harga minyak tetap turun  sekitar tiga persen lebih rendah pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), ketika keadaan force majeure di ladang minyak terbesar Libya dicabut, pemogokan Norwegia yang mempengaruhi produksi berakhir dan produsen AS mulai memulihkan produksinya setelah Badai Delta.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember merosot 1,13 dolar AS atau 2,6 persen, menjadi menetap di 41,72 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November anjlok 2,9 persen atau 1,17 dolar AS, menjadi ditutup pada 39,43 dolar AS.

Produksi di Libya, anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), diperkirakan akan naik menjadi 355.000 barel per hari (bph) setelah keadaan force majeure di ladang minyak Sharara dicabut pada Minggu (11/10/2020).

Peningkatan produksi Libya akan menjadi tantangan bagi OPEC+ -- kelompok yang terdiri dari OPEC dan sekutunya termasuk Rusia -- dan upayanya untuk mengekang pasokan guna mendukung harga.

“Ini adalah bagian besar dari produksi yang beroperasi kembali saat Anda tidak membutuhkan satu pun dari barel itu, yang merupakan berita buruk bagi sisi pasokan,” kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York.

Badai Delta, yang menimbulkan pukulan terbesar dalam 15 tahun terhadap produksi energi di Teluk Meksiko AS pekan lalu, diturunkan menjadi angin siklon pasca-tropis pada akhir pekan.

Para pekerja kembali ke platform produksi pada Minggu (11/10/2020) dan perusahaan minyak Prancis Total mulai memproduksi kembali 225.500 barel per hari di kilang Port Arthur di Texas.

Pelabuhan Minyak Lepas Pantai Louisiana (LOOP) pada Senin (12/10/2020) mengatakan telah melanjutkan operasi di Terminal Laut lepas pantai dan tidak ada gangguan dalam pengiriman di Clovelly Hub.

Harga bulan depan untuk kedua kontrak naik lebih dari sembilan persen minggu lalu dalam kenaikan mingguan terbesar untuk Brent sejak Juni. Untuk pekan yang berakhir Jumat (9/10/2020), kontrak bulan depan untuk WTI naik 9,6 persen, sementara minyak mentah Brent naik 9,1 persen.

Tetapi keduanya jatuh pada Jumat (9/10/2020) setelah perusahaan minyak Norwegia mencapai kesepakatan dengan pejabat serikat pekerja untuk mengakhiri pemogokan yang mengancam akan memangkas produksi minyak dan gas negara itu hampir 25 persen.

Harga juga tertekan oleh lonjakan kasus baru COVID-19, yang telah meningkatkan momok penguncian lebih banyak yang dapat mengurangi permintaan minyak.

Infeksi mencapai rekor tertinggi di Midwest AS. Di Eropa, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan langkah-langkah penguncian virus corona baru dan Italia sedang mempersiapkan pembatasan nasional baru.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020