Hadirnya MRT Jakarta adalah sebagai pendorong restorasi tata ruang dan fisik kota
Jakarta (ANTARA) - PT Mass Rapid Transit (Perseroda) Jakarta memperkuat sinergi bersama sejumlah otoritas terkait untuk merealisasikan kawasan berorientasi transit (KBT) di sejumlah stasiun di Jakarta.

"Kunci dari pengelolaan dan pengembangan kawasan berorientasi transit (transit oriented development/ TOD) adalah perlunya sinergi yang baik antara stakeholders, seperti  Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, PT MRT Jakarta (Perseroda), masyarakat yang ada di dalam kawasan KBT, developer, investor, hingga masyarakat luas,” ujar Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta (Perseroda) Silvia Halim.

Baca juga: Properti mulai beradaptasi dengan kebiasaan baru

Pernyataan itu disampaikan Silvia saat menjadi pembicara webinar dengan topik Pengelolaan Kawasan Berorientasi Transit
Sepanjang Jalur MRT Jakarta yang diikuti sekitar 400 peserta dari berbagai kalangan seperti praktisi tata kota, masyarakat umum, dan akademisi, Kamis.

Menurut Silvia TOD adalah kawasan kota yang didesain untuk mengintegrasikan transit atau transportasi publik dengan kegiatan masyarakat, bangunan, dan ruang publik.

Kawasan tersebut merupakan area 700 sampai dengan 800 meter dari stasiun MRT di Jakarta.

Baca juga: Indonesia perlu penerapan konsep hunian efektifkan mobilitas warga

Direktur Perencanaan Tata Ruang Kementarian Agraria dan Tata Ruang RI, Dwi Hariyanto, mengemukakan ada enam kriteria penentuan kawasan Transit Oriented Development (TOD) di sejumlah fasilitas stasiun untuk mengintegrasikan berbagai moda transportasi publik.

Kriteria yang dimaksud di antaranya berada pada simpul transit jaringan angkutan umum massal yang berkapasitas tinggi berbasis rel, memenuhi persyaratan intermodal dan antarmoda transit, dilayani paling kurang satu mode transit jarak dekat dan satu moda transit jarak jauh.

Selain itu lokasi yang ditetapkan pun harus sesuai dengan arah pengembangan pusat pelayanan kegiatan, berada pada kawasan dengan kerentanan bencana rendah, disertai dengan mitigasi untuk mengurangi risiko bencana, serta berada pada kawasan yang tidak mengganggu instalasi penting negara.

Baca juga: Kementerian PUPR minta pengembang bangun hunian berkonsep TOD

Ia juga menyebutkan tiga jenis tipologi kawasan TOD berdasarkan skala layanan, pengembangan pusat pelayanan, dan kegiatan yang dikembangkan, yaitu kawasan TOD kota, TOD subkota, dan TOD lingkungan.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan Provinsi DKI Jakarta Heru Hermawanto menyampaikan peran besar MRT Jakarta dalam Pengembangan Berorientasi Transit.

“Hadirnya MRT Jakarta adalah sebagai pendorong restorasi tata ruang dan fisik kota. MRT yang dipadukan dengan konsep pengembangan kawasan yang berorientasi transit dengan pendekatan smart growth, new urbanism, dan mixed used development, akan menjadikan kota yang kompak, efisien dengan jarak dan waktu," katanya.

"Akan terjadi peningkatan nilai dan harga lahan di sekitar stasiun, peningkatan permintaan membangun di sekitar simpul sebagai sub pusat kegiatan kota, dan mendorong pembangunan kota secara vertikal sebagai bentuk optimalisasi pemanfaatan lahan,” katanya.

Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) William Sabandar mengatakan pihaknya telah membentuk anak perusahaan, PT Integrasi Transit Jakarta sebagai pengelola kawasan TOD.

Perusahaan ini berdiri pada 6 Oktober 2020 lalu dengan tugas untuk melakukan perencanaan, pengembangan, dan pengawasan infrastruktur kawasan TOD, dengan PT MRT Jakarta (Perseroda) memegang 90 persen saham dan PT Transportasi Jakarta dengan 10 persen saham.

"Kehadiran MRT Jakarta itu adalah katalis bagi proses urban regeneration, urban economic growth, dan new urban lifestyle. Ini adalah era baru di mana MRT Jakarta memberi stimulus sekaligus menjadi katalis bagi proses regenerasi kota dengan konsep transit oriented development,” katanya.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2020