IHSG pada pekan depan diprediksi bergerak di level dukungan bawah 5.067 sampai 5.001
Jakarta (ANTARA) - Direktur PT Anugrah Mega Investama Hans Kwee mengatakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang menguat terbatas pada pekan ketiga Oktober 2020 dipengaruhi sejumlah sentimen baik dari eksternal maupun domestik.

"Hadirnya beberapa sentimen mulai dari vaksin dan perkiraan kinerja emiten yang lebih baik di kuartal III, membuat IHSG kami perkirakan akan menguat terbatas di pekan depan," ujar Hans dalam pernyataan di Jakarta, Minggu.

Baca juga: Pasar cermati perkembangan stimulus AS, IHSG akhir pekan melemah tipis

Pekan depan pasar akan memperhatikan perizinan vaksin COVID-19. Manajemen Pfizer Inc akan mengajukan izin vaksin COVID-19 ke otoritas Amerika Serikat pada awal November. Vaksin Pfizer merupakan hasil pengembangan perusahaan bersama mitranya di Jerman, BioNTech.

"Perkembangan perizinan vaksin menjadi sentimen positif pada akhir pekan bagi bursa Eropa dan Amerika di tengah naiknya kasus COVID-19. Saat ini, pasar sudah memasukkan optimisme vaksin akan segera ditemukan dan segera distribusikan," kata Hans.

Pasar sempat terlihat terkoreksi setelah regulator AS menghentikan uji coba pengobatan antibodi COVID-19 tahap akhir Eli Lilly.

Uji coba tahap akhir ACTIV-3 yang merupakan pengobatan untuk pembentukan antibodi terhadap virus COVID-19 dihentikan sementara karena alasan keamanan.

Baca juga: 1.620 relawan tuntas dapat suntikan pertama vaksin COVID-19

Sebelumnya, Johnson & Johnson mengumumkan menghentikan sementara uji coba tahap akhir kandidat vaksin COVID-19 karena adanya laporan timbulnya efek samping yang belum bisa dijelaskan secara medis.

"Hal ini membuat pasar berpikir proses pencarian obat dan vaksin COVID-19 tidak mudah dan masih butuh waktu lama," ujarnya.

Selain itu, harapan stimulus fiskal di AS menjadi perhatian pelaku pasar beberapa pekan ke depan.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin berbicara kepada Ketua DPR AS Nancy Pelosi bahwa Presiden Donald Trump akan mempertimbangkan untuk menaikkan jumlah bantuan pada paket stimulus fiskal dari 1,8 triliun dolar AS yang diusulkan sebelumnya.

Trump sempat meminta kongres untuk mengesahkan RUU bantuan COVID-19 dengan dikurangi dana sisa dari program kredit UKM yang kedaluwarsa.

Juru Bicara Gedung Putih mengatakan anggota senat dari Partai Republik akan mengikuti apa yang diinginkan Trump.

"Ada harapan terjadi kesepakatan paket stimulus fiskal untuk mendorong ekonomi AS keluar dari resesi," kata Hans.

Sementara itu, pemimpin Partai Republik dan mayoritas senat Mitch McConnell mengatakan dirinya tidak mengharapkan kesepakatan stimulus fiskal akan dicapai menjelang pemilihan 3 November selama Pelosi terlibat.

Trump dikabarkan bersedia untuk meningkatkan paket stimulus fiskal untuk mencapai kesepakatan bantuan COVID-19 dengan Partai Demokrat di kongres. Tetapi, gagasan itu ditolak rekannya dari Partai Republik, pemimpin mayoritas Senat, Mitch McConnell.

"Nampaknya, di tengah harapan stimulus fiskal AS, akan sangat sulit mencapai kesepakatan menjelang Pemilu AS pada 3 November 2020," ujarnya.

Kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden, diperkirakan akan menang Pemilihan Presiden 3 November 2020.

Beberapa jajak pendapat menempatkan Biden memimpin atas Trump. Kemenangan itu akan mendorong paket stimulus ekonomi yang lebih besar dan mengurangi potensi perang dagang dengan China. Selain itu, pajak perusahaan di AS juga diperkirakan akan naik.

"Hal ini mendorong dolar AS lebih lemah dan akan positif bagi pasar emerging market termasuk Indonesia," kata Hans.

Di sisi lain, kekhawatiran gelombang kedua COVID-19 terus meningkat karena infeksi melonjak di beberapa wilayah Eropa.

Pemerintah Prancis mengumumkan keadaan darurat kesehatan masyarakat, karena terjadi kenaikan rawat inap akibat COVID-19 di atas ambang batas 9.100 pasien untuk pertama kalinya sejak 25 Juni.

Inggris mengumumkan langkah-langkah ketat untuk mengurangi penyebaran pandemi COVID-19 di London.

"Hal ini membuat Inggris mendekati penguncian nasional kedua. Ancaman gelombang kedua COVID-19 akan menjadi sentimen negatif yang diperhatikan pelaku pasar di pekan depan," ujar Hans.

Pasar saham dunia kini juga memasuki periode laporan keuangan kuartal ketiga. AS memimpin pengumuman kinerja emiten kuartal ketiga dari awal minggu ini.

Menurut data Refinitiv, dari 49 perusahaan di S&P 500 yang telah melaporkan, 86 persen melewati perkiraan para analis. Pelonggaran lockdown yang terjadi telah mendorong banyak emiten membukukan kinerja yang baik.

"Di Indonesia diperkirakan kinerja emiten akan tumbuh positif pada kuartal ketiga 2020 akibat banyaknya upaya dari otoritas pasar modal dan pemerintah. Diperkirakan kinerja emiten akan lebih baik daripada kuartal II 2020 dan juga akan lebih baik dari kuartal I 2020," katanya.

Terakhir, komentar Bank Dunia tentang Omnibus Law UU Cipta Kerja sangat positif. Bank Dunia menilai UU sapu jagat itu merupakan upaya konkret pemerintah Indonesia melakukan reformasi besar-besaran di sektor bisnis.

Aturan tersebut akan menjadikan Indonesia lebih berdaya saing dan mendukung aspirasi jangka panjang bangsa untuk menjadi masyarakat yang sejahtera. Penghapusan pembatasan yang berat pada investasi menandakan bahwa Indonesia terbuka untuk bisnis.

"UU ini dinilai dapat membantu menarik investor lebih banyak berinvestasi di Indonesia, mampu menciptakan lapangan kerja dan membantu Indonesia mengatasi masalah kemiskinan. Pelaku pasar keuangan sangat positif dengan UU ini sehingga penolakan keras akan menjadi sentimen negatif bagi pasar," ujar Hans.

IHSG pada pekan depan diprediksi bergerak di level dukungan bawah 5.067 sampai 5.001 dan resisten di level 5.182 sampai 5.200.

Baca juga: Wall Street beragam, Indeks Dow Jones naik 112,11 poin terkerek vaksin

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020