Studi ini juga diharapkan dapat mendukung pencapaian target 23 persen bauran EBT pada 2025 melalui penelitian potensi dan kajian teknologi pemanfaatan energi arus laut
Kupang, NTT (ANTARA) - Tim Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL) Badan Litbang Kementerian ESDM melakukan penelitian dalam rangkaian prastudi kelayakan pemanfaatan arus laut dalam untuk pembangkitan listrik di Selat Pantar, Nusa Tenggara Timur.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi dalam keterangannya yang dikutip dari laman Kementerian ESDM di Kupang, NTT, Selasa mengatakan saat ini, tim telah menyelesaikan tahapan pengunduhan data kecepatan arus dari alat acoustic doppler current profiler (ADCP) untuk mendapatkan data kecepatan arus laut selama satu bulan di selat tersebut.

"Salah satu lokasi yang memiliki potensi energi laut cukup besar adalah perairan Selat Pantar, NTT. Berdasarkan penelitian P3GL pada 2011, selat ini memiliki kecepatan arus rata-rata cukup deras, sekitar 2 m/s, sehingga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sumber pembangkit listrik," katanya.

Baca juga: Menteri ESDM: Pemanfaatan EBT dipercepat dengan penciptaan pasar baru

Ia menjelaskan Selat Pantar dipilih karena berada di luar Pulau Jawa, sesuai kegiatan prioritas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) 2020-2024.

Hasil penelitian itu diharapkan dapat dimanfaatkan pemerintah pusat dan daerah, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, PT PLN (Persero), Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, dan independent power producer (IPP), serta instansi terkait lainnya dalam upaya pemanfaatan energi baru terbarukan khususnya energi arus laut.

Di samping itu juga hasil kegiatan ini juga diharapkan akan mendukung pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2020-2024 dalam kegiatan prioritas bidang energi, khususnya pemanfaatan energi baru terbarukan dari laut.

"Studi ini juga diharapkan dapat mendukung pencapaian target 23 persen bauran EBT pada 2025 melalui penelitian potensi dan kajian teknologi pemanfaatan energi arus laut," tambah dia.

Lebih lanjut pada 2016, P3GL telah mengolah data kecepatan arus di sejumlah selat yang potensial di perairan Indonesia. Kecepatan arus yang besar umumnya berada di perairan sekitar Bali, NTB, dan NTT.

Kecepatan arus berkisar dari 0,6 hingga 3,5 m/s. Kecepatan arus lebih dari 2m/s terdapat di Selat Pantar, Lombok, Toyapakeh, Larantuka, Alas, Molo, Sunda, dan Boleng.

Secara umum, tipe pasang surut (pasut) di perairan Indonesia adalah tipe pasut semidiurnal. Artinya, dalam satu hari terdapat dua kali pasang dan dua kali surut.

Metode pelaksanaan akuisisi data survei ini mengacu pada standar European Marine Energy Center, 2009. Pengumpulan data sekunder penelitian ini meliputi data pasang surut, peta geologi, peta topografi, peta batimetri, dan berbagai data dari penelitian terdahulu dan dari berbagai instansi lainnya.

Data sekunder ini dijadikan referensi awal untuk memahami kondisi daerah penelitian, sehingga memudahkan dalam penyusunan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan lapangan.

Tim juga melakukan recognize sebelum pelaksanaan ke lokasi penelitian untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi sarana dan prasarana yang ada. Penelitian lapangan dititikberatkan pada penelitian kecepatan arus laut selama satu bulan.

Kegiatan yang dilakukan adalah penentuan posisi koordinat pengukuran, menentukan leveling posisi koordinat terhadap benchmark (BM), pengukuran arus, pengukuran elevasi muka laut, pengukuran kedalaman dasar laut, serta pengamatan meteorologi maritim.

Penelitian pasang surut dilaksanakan selama satu bulan untuk mendapatkan data pasang surut (spring dan neap tide).

Pencatatan elektronis menggunakan Valeport TideLog Model 740 Portable Water Level Recorder yang dikontrol dengan hasil bacaan visual rambu pasang surut setiap satu jam.

Leveling BM menggunakan peralatan waterpass, sedangkan pengukuran koordinat BM menggunakan peralatan global positioning system (GPS).

Leveling BM bertujuan untuk mendapatkan harga ketinggian BM terhadap kedudukan rata-rata muka air laut (MSL).

Pengukuran arus untuk mengetahui pola arus di daerah penelitian yang erat kaitannya dengan data potensi energi listrik yang dapat dibangkitkan dari energi arus.

Pengukuran arus secara bergerak dan stasioner, menggunakan peralatan ADCP. Pengamatan meteorologi maritim menggunakan weather station untuk mengetahui parameter meteorologi seperti arah dan kecepatan angin, temperatur udara, dan kelembaban udara.

Pada tahap akhir, para peneliti akan melakukan pengolahan data hasil penelitian yang meliputi pemodelan sebaran kecepatan arus, potensi energi laut, juga membuat interpretasi hasil pemodelan serta analisis hasil pengolahan data.

Baca juga: Pemerintah teken MoU penyelesaian masalah sosial panas bumi Wae Sano
Baca juga: PLN tuntaskan uji coba pemanfaatan EBT pengganti batu bara PLTU di NTT

Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020