Purwokerto (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Dr. Indra Permanajati kembali mengingatkan pentingnya melakukan mitigasi bencana tanah longsor dengan cara penguatan lereng.

"Solusi sederhana dapat dilakukan masyarakat untuk melakukan mitigasi tanah longsor terutama pada kawasan perumahan yang dekat dengan tebing-tebing bukit atau sungai yaitu dengan penguatan lereng," katanya di Purwokerto, Banyumas, Sabtu.

Dia mengatakan penguatan lereng adalah teknik rekayasa bangunan perumahan di lahan rawan longsor.

Baca juga: Banjir-longsor terjang Kebumen dan Cilacap-Jateng, warga mengungsi

Koordinator Bidang Geologi Pusat Mitigasi Unsoed itu mengatakan rekayasa bangunan perumahan dan perkuatan lereng di lahan rawan longsor perlu cara penanganan yang tepat salah satunya dengan menanam pohon berakar kuat hingga mitigasi struktural seperti membuat talud atau bronjong.

Selain itu untuk rumah-rumah yang terlanjur dibangun tanpa pengamanan lereng, kata dia, harus segera dilakukan perkuatan dengan bahan yang sederhana seperti bambu dan kayu.

"Bambu bisa ditancapkan secara horisontal sepanjang bukit untuk menahan tekanan tanah dari atas. Biar lebih kuat bisa dibuat dua atau tiga tingkat sesuai kondisi lereng," katanya.

Anggota Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia itu mengatakan semakin banyak bambu yang digunakan untuk menahan maka akan semakin aman.

"Tetapi cara menyusunnya harus tepat yaitu disusun rapat secara horisontal searah panjang lereng. Kemudian dibuatkan saluran-saluran air yang teratur untuk mengurangi air masuk ke dalam tanah secara berlebihan," katanya.

Baca juga: Tanah labil diguyur hujan, sekolah di Lebak-Banten terdampak longsor

Pasalnya, kata dia, jika berlebihan maka tekanan air bisa mengubah tanah menjadi plastis dan tanah kehilangan kekuatannya untuk bertahan di lereng.

"Hal ini malahan dapat menyebabkan longsor. Karena itu saluran perlu dibuat secara teratur sehingga air akan diarahkan ke saluran-saluran yang arahnya ke sungai," katanya.

Kemudian, kata dia, saluran horisontal juga perlu dibuat yaitu dengan memasukkan batang bambu ke dalam lereng untuk mengalirkan air tanah keluar dari lereng.

"Yang juga harus dilakukan masyarakat adalah mengecek sumbatan-sumbatan material di sungai bisa karena kayu atau longsor tebing sungai yang bisa menyebabkan bendungan-bendungan alami di sungai," katanya.

Sementara itu, dia mengingatkan pentingnya melakukan upaya mitigasi dan meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana hidrometeorologi pada saat pancaroba atau peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.

"Masyarakat perlu mewaspadai bencana hidrometeorologi saat musim peralihan, terutama mereka yang tinggal di lokasi rawan bencana," katanya.

Dia menjelaskan bencana hidrometeorologi adalah bencana yang dipengaruhi oleh fluktuasi keberadaan air yang ada di dalamnya termasuk curah hujan.

Bencana tersebut, tambah dia, dapat meliputi banjir, tanah longsor, angin kencang dan sebagainya yang bisa dipengaruhi oleh perubahan musim.

Baca juga: Pakar hidrologi kembali ajak masyarakat waspadai banjir
Baca juga: Banjir di sejumlah wilayah Banyumas berangsur surut
Baca juga: BPBD sebut Banjir di Parigi Moutong dampak cuaca buruk


Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020