Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani menekankan pentingnya kewaspadaan dalam rangka konsumsi beragam jenis pangan, terutama mengingat pada saat ini masih terjadi pandemi COVID-19.

"Saat ini konsumsi pangan dan olahan pangan yang aman masih belum menjadi prioritas masyarakat," kata Netty Prasetiyani dalam keterangan tertulis, Sabtu.

Menurut dia, saat ini masih kerap ditemukan adanya jenis pangan dan olahan pangan dari bahan berbahaya yang terdapat di tengah-tengah masyarakat.

Untuk itu, Netty meminta agar keluarga menjadi benteng pertahanan dalam melindungi anggota keluarga dari paparan pangan berbahaya, antara lain dalam keterampilan memilah dan memilih pangan yang aman bagi keluarga harus diperkenalkan kepada masyarakat sejak dini.

Baca juga: Selain nasi, Mentan ajak masyarakat konsumsi 6 sumber karbohidrat

"Makin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, paparan makanan yang terkontaminasi zat berbahaya di masyarakat semakin besar," ucapnya.

Namun, lanjut Netty, sedikit demi sedikit gaya hidup sehat dan konsumsi pangan yang sehat juga mulai dikenal secara luas.

Ia berpendapat bahwa dukungan negara dalam hal ini masih harus ditingkatkan karena bila berbicara terkait dengan ketahanan nasional, maka akan sangat dipengaruhi salah satunya oleh faktor keamanan pangan.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengingatkan potensi terjadinya kenaikan harga pangan pada November-Desember 2020 yang dapat menyebabkan laju inflasi tinggi.

Baca juga: Pakar: 77,5 persen keluarga hemat pengeluaran pangan selama pandemi

"Sayuran kalau tidak hati-hati, harganya bisa mengalami fluktuasi seperti bulan Oktober ini," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (2/11).

Ia mengatakan kenaikan harga bahan makanan ini dapat terjadi mengingat pasokan sejumlah komoditas pangan sudah mengalami hambatan karena produksi terganggu oleh cuaca buruk.

Padahal, lanjut dia, pada periode jelang akhir tahun permintaan kebutuhan pangan dari masyarakat akan meningkat, karena adanya libur panjang cuti bersama serta perayaan Natal dan Tahun Baru.

Sebagaimana diwartakan, pakar ilmu pangan dan dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia (IKK-Fema) IPB University Prof Euis Sunarti mengatakan berdasarkan survei sebanyak 77,5 persen keluarga di Tanah Air menghemat pengeluaran untuk pangan selama pandemi COVID-19.

"Dan sebanyak 59,7 persen memilih untuk membeli pangan yang harganya lebih murah," kata Euis Sunarti.

Di samping itu, sebesar 79,6 persen keluarga tidak mengurangi porsi makan, 76,6 persen tidak mencari informasi bantuan pangan serta pada persentase yang hampir imbang yaitu sebesar 50,6 persen tidak mengurangi jenis lauk yang dikonsumsi.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020