Kuala Lumpur (ANTARA) - Pemerintah Malaysia senantiasa mendukung pembentukan sebuah negara Palestina yang berdaulat melalui Penyelesaian Dua Negara (Two-State Solution) berdasarkan garis perbatasan 1967 dengan Baitulmaqdis sebagai ibu kota Palestina.

Menteri Luar Negeri Malaysia, Hishamuddin Hussein mengemukakan hal itu ketika menjawab pertanyaan anggota parlemen Ahmad Tarmizi bin Sulaiman dalam sidang parlemen, Senin.

Pada kesempatan tersebut Tarmizi menyatakan langkah-langkah proaktif bersama badan internasional seperti Organisasi Konferensi Islam (OIC)  menolak berkaitan rancangan ketidakadilan normalisasi negara Israel untuk mengakui penjajahan mereka ke atas Palestina.

"Untuk informasi dewan, isu normalisasi hubungan dengan negara Israel ini telah mengundang pelbagai reaksi dari kalangan masyarakat internasional termasuk di peringkat OIC serta mewujudkan dimensi baru dalam dinamik geo-politik di Asia Barat," ujar Hishamuddin.

Dr. Yousef A. Al-Othaimeen, Sekjen OIC telah mengeluarkan satu pernyataan pada 24 Agustus 2020 sebagai balasan OIC terhadap isu normalisasi Israel untuk mengakui penjajahan mereka atas Palestina.

"Beliau mengulangi dukungan  OIC terhadap Palestina dan menekankan bahwa isu Palestina dan Al-Quds merupakan penyebab utama pembentukan OIC dan merupakan sumber kekuatan serta perpaduan OIC," katanya.

Dia menegaskan normalisasi hubungan di antara negara-negara anggota dengan Israel tidak akan berlaku sehingga berakhirnya penjajahan Israel ke atas tanah Arab dan Palestina yang telah diduduki semenjak 1967.

Dalam menyelesaikan isu Palestina, OIC menegaskan bahwa mereka senantiasa berpegang teguh kepada Undang-Undang Internasional, Inisiatif Damai Arab (Arab Peace Initiative) dan Penyelesaian Dua Negara (Two-State Solution).

"OIC senantiasa mendukung usaha-usaha bagi membolehkan rakyat Palestina mencapai aspirasi dan hak-hak mereka yang sah," katanya.

Sebagaimana anggota dewan ketahui, ujar dia, UAE telah mengumumkan keputusan untuk mengadakan hubungan diplomatik dengan Israel pada 13 Agustus 2020 yang lalu.

"Langkah tersebut kemudiannya telah diikuti oleh Bahrain yang mengumumkan persetujuan untuk mengadakan hubungan diplomatik dengan Israel pada 11 September 2020 dan seterusnya Sudan pada 23 Oktober 2020," katanya.

UAE dan Bahrain telah menandatangani Abraham Accords dengan Israel pada 15 September 2020 dengan disaksikan oleh Amerika Serikat.

"Manakala bagi Sudan, perjanjian pemeteraian hubungan diplomatik dengan Israel akan berlaku setelah ia disetujui oleh Majelis Perundangan Pemerintah Peralihan Sudan," katanya.

Menyusul pemeteraian Abraham Accords tersebut, UAE, Bahrain dan Israel dilihat telah mengadakan beberapa pertemuan dan perundingan untuk membuka peluang kerjasama dalam pelbagai bidang khususnya ekonomi dan keamanan.

Normalisasi hubungan dengan Israel ini yang disponsori oleh Amerika Serikat, selaku sekutu kuat Israel, dalam usaha untuk menyakinkan dunia atas pesan damai "Deal of the Century".

Seperti yang diketahui umum, pesan tersebut sangat berat sebelah dan hanya menguntungkan pihak Israel.

"Usaha Amerika Serikat ini tidak berhenti setakat UAE, Bahrain dan Sudan saja. Amerika Serikat dilihat turut melobi dukungan daripada beberapa negara di Asia Barat seperti Arab Saudi, Kuwait dan Qatar untuk mengadakan hubungan diplomatik dengan Israel," katanya.

Kementerian Luar Negeri sentiasa mengikuti perkembangan terkini di Asia Barat termasuk isu normalisasi hubungan dengan Israel.

Mengambil kira kepentingan strategik Malaysia di rantau Asia Barat serta hubungan dua hala dengan negara-negara yang berkaitan, Kerajaan Malaysia akan sentiasa menangani isu ini dengan penuh teliti dan berhati-hati.

Keputusan untuk menjalinkan hubungan diplomatik dengan mana-mana negara adalah merupakan hak mutlak sesebuah negara yang berdaulat.

"Dalam hal ini Malaysia tidak campur tangan dalam urusan domestik negara lain," katanya.

Atas prinsip ini juga, ia tidak akan menggugat hubungan baik Malaysia dengan negara-negara lain yang mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel.

Dalam konteks ini, Malaysia akan terus memantau perkembangan ini dari masa ke semasa. Implikasi-implikasi dari perubahan pentadbiran di Amerika Syarikat juga yang sedang berlaku sekarang ini sedang kita pantau.

"Malaysia akan terus menyokong usaha jujur, konkrit dan realistis untuk mencari jalan penyelesaian yang adil dan kekal terhadap konflik Israel-Palestina ini, berdasarkan peruntukan undang-undang internasional dan resolusi PBB yang berkaitan melalui perundingan yang melibatkan pihak-pihak terkait," katanya.

Baca juga: Anggota parlemen Malaysia hadiri kampanye dukung Palestina
Baca juga: Sebuah jalan di Malaysia berubah menjadi Jalan Palestina
Baca juga: Malaysia kutuk kekerasan Israel di Gaza

Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020