akan ada permintaan tinggi terhadap pasokan listrik untuk smelter nikel
Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Septian Hario Seto mengatakan Indonesia punya peluang untuk fokus mengembangkan energi hijau untuk ikut menghidupi industri smelter.

Menurut Seto, peluang itu timbul lantaran saat ini banyak industri smelter yang lebih memilih membangun pembangkit sendiri untuk memenuhi kebutuhan pasokan listrik mereka.

"Saat ini dengan banyaknya kawasan industri yang fokus ke hilirisasi, industri bernilai tambah, mereka (industri) akan membangun sendiri pembangkit listrik. Hal itu juga dilakukan untuk menyediakan produk yang kompetitif," katanya dalam webinar soal listrik untuk industri smelter di Jakarta, Kamis.

Seto menuturkan dalam lima tahun ke belakang, terjadi tren pembangunan smelter di Indonesia, utamanya tersebar di wilayah timur. Dalam kalkulasinya, sekitar 13-14 miliar dolar AS sudah diinvestasikan pemodal untuk industri smelter sejak 2014 lalu. Dari investasi tersebut, ia menyebutkan ada sekitar 600 ribu-700 ribu ton konten nikel yang diproduksi berdasarkan kapasitas smelter yang ada.

Ke depan, Seto memprediksi masih akan ada terus peningkatan kapasitas smelter khususnya untuk memproduksi nickel pig iron (NPI) atau besi mentah yang jadi bahan baku baja tahan karat (stainless steel).

Hal itu lantaran hingga saat ini masih ada pembangunan fasilitas smelter nikel dengan kapasitas besar di sejumlah kawasan industri di Indonesia timur, termasuk penambahan kapasitas di Weda Bay dan Morowali Utara.

"Dengan ini tentu akan ada permintaan tinggi terhadap pasokan listrik untuk smelter nikel. Namun, kondisinya, kebanyakan smelter yang bisa memproduksi produk NPI yang efisien dan kompetitif itu mempunyai pembangkit listrik sendiri," katanya.

Kendati demikian, di tengah maraknya persyaratan akan produk yang lebih "hijau" dan ramah lingkungan termasuk diantaranya kriteria jejak karbon rendah yang diminta perusahaan-perusahaan Eropa, Indonesia akan mengambil peluang tersebut dengan mengembangkan kawasan industri khusus yang akan dapat listrik utama dari tenaga air (hidro).

"Saat ini kami tengah berencana menyiapkan kawasan industri khusus yang akan dilistriki dari tenaga hidro. Kami tengah menyiapkan satu di Kalimantan Utara dan satu lagi di Papua," imbuhnya.

Pengembangan pembangkit listrik tenaga hidro itu akan melibatkan pendiri Fortescue Metals Group Andrew Forrest yang telah melakukan sejumlah pendekatan ke pemerintah RI sejak beberapa waktu lalu.

"Andrew Forrest bersemangat sekali untuk membangun hydropower ini. Karena kalau bisa memproduksi stainless steel menggunakan hydropower, itu akan menambah nilai produk juga. Ini juga jadi peluang bagi investor dan penyedia teknologi untuk masuk area tersebut," kata Seto.

Baca juga: Kementerian ESDM: Hilirisasi nikel berdampak positif bagi perekonomian
Baca juga: Kemenperin dorong pengembangan industri hulu baja dalam negeri
Baca juga: Kemenperin genjot peran industri smelter nikel

 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020