Saffron hanya ada tiga tempat asalnya yakni di Spanyol, Iran dan Kashmir
Jakarta (ANTARA) - Bunga Saffron memiliki khasiat yang baik bagi kesehatan manusia, selain itu saffron dikenal sebagai rempah termahal di dunia. Perjalanan ke lembah Kashmir, India Utara, sekitar dua tahun lalu, tidak hanya memberikan pengalaman spiritual luar biasa bagi pemuda asal Jember. Justru dari perjalanan inilah, Andik Setiawan mengenal bunga Saffron dengan segala manfaatnya.

Dari bunga Saffron yang dikenal sebagai rempah termahal, Andik menjadi pelopor pertama penjual Saffron Khasmir di Indonesia. Andik juga yang mengenalkan bisnis Saffron di tanah air.

Perjalanan ke lembah Kashmir, menurut Andik, sebenarnya bukan tidak disengaja dan bukan untuk berdagang. Tapi semata-mata niatnya adalah ingin melihat rambut Nabi Muhammad SAW yang tersimpan di Masjid Dargah Syarif di Kashmir.

Lantas, usai mewujudkan niatnya, Andik tidak melewatkan kesempatan untuk membeli oleh-oleh khas dari Kashmir buat teman-temannya yang ada di tanah air. Diantaranya, karpet, sajadah, songkok, phasmina dan Saffron.

“Awalnya beli Saffron untuk oleh-oleh dan dikasihkan ke beberapa teman. Ternyata ada teman yang kena stroke setelah minum air rendaman Saffron, Alhamdulillah, sembuh. Ada pula yang kolesterol tingginya juga sembuh dan ke badan rasanya jadi ringan dan enak,” tutur Andik.

Dari pengalaman kesehatan teman-temannya yang makin membaik dengan Saffron, akhirnya terbersit dibenak Andik, kenapa tidak disebarluaskan manfaat Saffron ke masyarakat dengan cara menjual. Gayung bersambut, Andik lantas membeli Saffron langsung dari Kashmir untuk dijual di Indonesia. Hasil keuntungannya, lumayan, mulai dari puluhan juta rupiah hingga ratusan juta rupiah per bulan.

“Pernah sebulan saya menjual hampir 1 kilogram - 2 kilogram Saffron Kashmir. Satu gram Saffron harganya Rp500.000. Namun intinya, bukan berapa banyak omzet yang didapat dari berjualan Saffron, tapi lebih pada keutamaan Saffron bagi kesehatan masyarakat. Karena yang beli hampir dari seluruh pelosok Indonesia mulai dari masyarakat sampai pejabat. Selain itu, saya juga senang jika mengetahui pembeli Saffron bisa sembuh dari penyakitnya,” ungkap Andik.

Hingga saat ini, Andik berjualan Saffron hanya di instagram saja. Selain Saffron juga ada sajadah , songkok dan pashmina khas Kashmir. Meski saat ini semakin banyak orang menjual Saffron, dirinya tetap konsisten dengan Saffron Kashmir, karena tahu benar kualitasnya dan Andik juga pernah menjelajahi keindahan Kashmir dengan segala pernak-perniknya.

“Saffron hanya ada tiga tempat asalnya yakni di Spanyol, Iran dan Kashmir. Dan yang terbaik adalah Saffron Kashmir, yang dipetik langsung dari Kebun Pampore di Kashmir, India Utara. Saffron Kashmir ini sulit untuk mendapatkannya di pasar internasional. Jadi tidak heran harganya selangit. Dalam satu gram Saffron yang saya jual, berisi ratusan helai putik bunga,”ujarnya.

Andik menambahkan bunga Saffron memiliki 25 manfaat kesehatan. Diantaranya, melancarkan peredaran darah dalam tubuh yang berdampak baik untuk mengatasi hipertensi bersifat anti kanker yang fungsi utamanya adalah mencegah pertumbuhan sel kanker dan tumor dalam tubuh mengatasi gangguan sistem pencernaan seperti sembelit dan radang usus serta menurunkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh.

Bagi Andik, tidak masalah dengan banyaknya penjual Saffron setelah dirinya memperkenalkan Saffron pada masyarakat. Mereka umumnya hanya menjual Saffron namun belum bisa dipastikan apakah mereka mengenal betul Saffron yang dijualnya dan pernah mengunjungi asal Saffron dibudidayakan.

“Logikanya saja, jika tidak pernah datang ke Iran maupun ke Kashmir, bagaimana mereka bisa bercerita tentang sesuatu yang tidak pernah dilihat langsung. Ini yang perlu dipertimbangkan,” tegas Andik. Andik memberikan tips untuk mengetahui Saffron yang asli. Biasanya setelah minum Saffron, seminggu atau sebulan, bisa tes ke laboratorium untuk melihat kondisi kesehatan.

Andik menjelaskan, cara minum bunga Saffron, juga mudah. Ambil tiga helai putik bunga Saffron ke dalam botol air mineral kecil berisi 300 ml air siap minum. Tunggu 30 menit sambil botol dijungkirbalikan hingga air dalam kemasan berubah kuning keemasan. Setelah warna kuning keemasan merata, segera diminum bersama daun helai bunga Saffron.

Pandemi

Pandemi Covid-19 bagi sebagian besar pebisnis jadi malapetaka. Betapa tidak, barang sulit dijual karena tidak ada pembeli. Maklum ini imbas dari keterbatasan aktivitas masyarakat akibat PSBB dan juga perekonomian global yang belum membaik sejak muncul pandemi Covid-19.

Namun bagi Andik, melihat masa justru momen penting untuk menunjukkan kelebihan produk yang dijualnya sejak dua tahun lalu.

“Pandemi Covid-19, membuat masyarakat makin cerdas membeli produk mana yang benar-benar sesuai kebutuhan dan mampu meningkatkan imun tubuh terhadap Covid-19. Nah, Saffron inilah jawaban atas kebutuhan masyarakat untuk menjaga dan melindungi kesehatan mereka dan keluarga,” ungkap Andik.

Bunga Crocus Sativa yang dibudidayakan di Kebun Pampore, Kashmir, India, ini setiap bunga memiliki tiga putik bunga. Nah, Saffron inilah nama dari tangkai putik bunga. “Kalau bunganya sudah mekar, maka harus segera dipetik. Dan orang Kashmir jika memanen Saffron mulai dari sepertiga malam akhir, dari waktu Subuh hingga terbit matahari,” katanya.

Bertahan usaha di masa pandemi ini, pada beberapa toko online, kata Andik, orang berjualan Saffron dengan cara yang seharusnya tidak perlu dilakukan. Seperti memberi merek, kemudian mengganti kemasan. Biasanya, pedagang Saffron seperti itu, menurut Andik, belum pernah pergi ke Negara asal tujuan. Jadi, tidak tahu cara menjual Saffron seperti apa, yang penting bikin promo supaya bisa menarik pembeli.

Cuman saya tetap mempertahankan aslinya dari Kashmir. Seperti apa? Ya itu tidak ada yang diubah saat menjual Saffron. Saffron rempah kuno yang khasiatnya luar biasa. Kalau memang Saffron asli, tidak perlu terlalu dipromokan yang macam-macamm juga sudah laku. Dan itu sudah saya buktikan sendiri,” ujarnya.

Keuntungan lainnya, meski tanpa promo, Andik mengungkapkan pembeli loyal Saffron yang dijualnya melakukan promo dengan cara bercerita kepada teman, kolega maupun rekan-rekan kerjanya. “Karena mereka sudah merasakan manfaatnya sendiri tanpa tergiur promo lho,”tukasnya.

Andik memberikan tips bagi masyarakat yang ingin membeli Saffron dari mana saja atau ditawari orang untuk membeli Saffron. Tipsnya sederhana yakni bertanya ke penjual Saffron, apakah sudah pernah menginjakkan kaki di Kashmir atau belum, atau ke Iran kalo penjual saffron iran.

“Dengan tips ini paling tidak pembeli yakin atau sebaliknya ragu-ragu untuk membeli Saffron. Jangan sampai salah langkah mengingat harga Saffron seperti Saffron Kashmir yang saya jual per satu gram harganya 500 ribu Rupiah,” jelas Andik.

Sementara itu, jenis rempah Indonesia sendiri tengah digencarkan untuk dapat menembus pasa internasional. Direktur Merek dan Indikasi Geografis Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Nofli menilai rempah-rempah bisa menjadi produk indikasi geografis (IG) dari Indonesia yang dapat didorong di pasar internasional.

"Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keanekaragaman hayati serta budaya yang melimpah. Jauh-jauh bangsa Eropa ke Indonesia untuk mencari rempah-rempah. Sehingga mungkin produk-produk IG dari rempah-rempah ini cukup berpotensi untuk didorong untuk mendapatkan pelindungan IG," ujar Nofli.

Menurut dia, kemungkinan itu terbuka lebar mengingat saat ini kementerian terkait, termasuk Kemenko Maritim dan Investasi sedang mempromosikan kuliner Indonesia ke luar negeri.

Dengan digunakan dalam promosi kuliner tersebut, akan membuat kekayaan rempah-rempah dalam negeri semakin dikenal luas oleh masyarakat mancanegara. Nofli mengatakan saat ini produk rempah-rempah sudah mulai didaftarkan sebagai IG di DJKI, di antaranya lada putih muntok, cengkeh minahasa, pala kepulauan banda, serta kayumanis koerintji.

Baca juga: Permintaan rempah khas Iran meningkat di Indonesia

Baca juga: DJKI nilai rempah bisa jadi produk IG andalan di kancah internasional

Baca juga: Konversi lahan jadi dilema untuk kembalikan kejayaan jalur rempah

 

Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2020