Medan (ANTARA) - Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I-Medan menyatakan peristiwa hujan yang melanda sejumlah daerah di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) akibat adanya sirkulasi siklonik yang terpantau di Samudera Hindia barat Sumatera Barat.

"Gangguan di atmosfer itu menyebabkan wilayah di Sumut menjadi tempat perlintasan awan konvergensi dan belokan angin dari fenomena alam ini akibat berada di jalur sirkulasi siklonik," kata Forecaster on Duty BBMKG Wilayah I-Medan Budi Prasetyo di Medan, Ahad.

Baca juga: PFI-Teratai Rescus-Damkar edukasi masyarakat Medan siaga bencana

Baca juga: Sungai meluap, 1.078 rumah di Kabupaten Langkat-Sumut terendam banjir


Ia menyebut wilayah di provinsi utara di Sumatera masih berpotensi turun hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir, dan angin kencang berlangsung dalam 2 sampai 3 hari ke depan.

Kondisi cuaca tersebut juga mengakibatkan asupan massa udara yang basah dan dalam jumlah cukup banyak melewati Sumut, sehingga menyebabkan pertumbuhan awan-awan hujan di sejumlah daerah di provinsi ini.

Sirkulasi siklonik merupakan pusaran angin yang membawa massa udara atau uap air, sebagai faktor utama dari pembentukan gumpalan awan yang bergerak ke arah pusaran angin tersebut.

"Waspada potensi hujan sedang hingga lebat di Simalungun, Samosir, Toba, Tapanuli Utara, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Karo, Dairi, Tapanuli Selatan, Asahan, Labuhan Batu Utara, dan sekitarnya pada sore hingga malam hari," katanya.

Akibat sirkulasi siklonik ini, katanya, suhu udara, terutama malam hari di Sumut terasa lebih dingin menyentuh 17 derajat selsius, sedangkan siang hari 32 derajat selsius dengan kelembaban udara berkisar 60 hingga 98 persen.

Secara umum angin bergerak dari arah barat laut menuju timur laut dengan kecepatan rata-rata 10 hingga 20 kilometer per jam.

Baca juga: Hujan deras akibatkan longsor di 4 ruas jalan di Simalungun Sumut

"Sedangkan prakiraan gelombang laut di wilayah perairan Sumut yang meliputi Nias - Sibolga, dan Samudera Hindia barat Nias cenderung tinggi 2,5 hingga 4 meter lebih," ucap Budi.

Ia menyebutkan fenomena banjir yang terjadi di sejumlah wilayah Sumut, di antaranya Kabupaten Langkat hari ini akibat pusaran Eddy dan pusat tekanan rendah di Selatan Teluk Benggala.

"Ada gangguan cuaca berupa sirkulasi Eddy yang terjadi di Samudera Hindia barat Sumatera, dan pusat tekanan rendah di selatan Teluk Benggala sejak kemarin. Sehingga, mengakibatkan wilayah Sumut, termasuk Langkat hujan sejak malam hingga pagi hari," paparnya.

Camat Batang Serangan Arie Ramadhani di Langkat mengaku banjir besar melanda wilayah Kecamatan Batang Serangan akibat curah hujan yang tinggi, sehingga meluapnya dua sungai, yakni Air Tenang dan Batang Serangan.

"Meluapnya kedua sungai yang merendam 1.078 rumah dengan ketinggian air mencapai 30-100 centimeter. Ke-1.078 rumah warga terdampak banjir dengan jumlah kepala keluarga 1.290 atau lebih dari 3.060 jiwa," katanya.

Baca juga: Kerugian banjir bandang di Langkat Rp750 juta lebih

Baca juga: DPRD Sumut: tinjau ulang lokasi wisata Sungai Landak di Bahorok

Pewarta: Muhammad Said
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020