Industri kimia termasuk yang cepat memasuki era revolusi industri 3.0 karena banyak tahapan produksi yang sulit untuk dilakukan oleh manusia
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian menyebut sektor Industri Kimia Farmasi dan Tekstil (IKFT) mantap mengadopsi teknologi industri 4.0 yang dibuktikan dari hasil verifikasi dan validasi atas capaian sejumlah sektor tersebut di Tanah Air dalam melakukan transformasi industri 4.0 melalui Penghargaan INDI 4.0.

"Perusahaan peraih penghargaan INDI 4.0 tahun 2020, tujuh penerimanya mewakili sektor IKFT. Perusahaan tersebut telah memiliki angka INDI 4.0 lebih dari 3,” kata Direktur Jenderal IKFT Kemenperin Muhammad Khayam lewat keterangan resmi di Jakarta, Jumat.

Pada penilaian INDI 4.0, terdiri dari empat tingkat. Untuk skor 1 adalah industri masih pada tahap kesiapan awal, kemudian skor 2: industri pada tahap kesiapan sedang, skor 3: industri sudah pada tahap kesiapan matang, dan skor 4 menandakan industri sudah menerapkan industri 4.0.

Kemenperin memberikan penghargaan INDI 4.0 kepada perusahaan-perusahaan dari berbagai sektor yang dinilai mampu mengadopsi teknologi industri 4.0. Sebanyak 13 perusahaan industri dinobatkan sebagai penerima penghargaan INDI 4.0 tahun 2020. Selain itu, terdapat tiga perusahaan industri yang mendapat predikat National Lighthouse Industry 4.0.

Adapun Mereka yang berasal dari sektor industri kimia adalah PT Kaltim Parna Industri, PT Biggy Cemerlang, dan PT Schott Igar Glass. Kemudian untuk sektor industri farmasi, yakni PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia.

Berikutnya, sektor industri tekstil meliputi PT Globalindo Intimates, PT TI Matsuoka Winner Industry, dan PT Asia Pasific Rayon. Sementara itu, mewakili sektor IKFT, perusahaan yang menyabet kategori National Lighthouse Industry 4.0 adalah PT Pupuk Kalimantan Timur selaku industri kimia.

Menurut Khayam, target INDI 4.0 tahun ini untuk sektor IKFT sudah tercapai dan akan terus ditingkatkan jumlah peraihnya.

“Kami mengapresiasi terhadap capaian tahun ini. Sebab, akan memacu kami lebih aktif lagi mendorong sektor IKFT bisa mengadopsi teknologi industri 4.0,” tuturnya.

Khayam menargetkan sebanyak 16 perusahaan dari sektor IKFT akan mampu menembus skor lebih dari 3 pada penilaian INDI 4.0 tahun depan. Sementara itu, di tahun 2024, diproyeksi bisa mencapai 21 perusahaan.

“Kami optimistis target itu tercapai, karena industri kimia merupakan salah satu sektor manufaktur yang lebih dahulu masuk pada era industri 3.0,” ungkapnya.

Seperti diketahui, pada revolusi industri 2.0 merupakan era yang memfokuskan produksi massal. Selanjutnya, revolusi industri 3.0 memiliki fokus pada otomatisasi untuk mengurangi biaya produksi.

“Industri kimia termasuk yang cepat memasuki era revolusi industri 3.0 karena banyak tahapan produksi yang sulit untuk dilakukan oleh manusia. Alhasil, otomatisasi menjadi jawaban agar proses produksinya lebih efisien,” paparnya.

Khayam pun menegaskan, pihaknya akan mengarahkan sektor IKFT untuk segera mengadopsi teknologi industri 4.0 tanpa mengurangi tenaga kerja.

“Artinya, penggunaan teknologi yang akan didorong adalah yang dapat memecahkan kemacetan dalam proses produksi,” imbuhnya.

Apalagi, berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, industri kimia menjadi sektor yang mendapat prioritas pengembangan awal dalam upaya penerapan industri 4.0.

Bahkan, guna merebut peluang dari dampak pandemi COVID-19, pemerintah telah memasukkan industri farmasi dan alat kesehatan sebagai dua sektor tambahan karena permintaan produk-produknya di pasar yang meningkat.

Baca juga: Kemenperin apresiasi pelaku industri, beri penghargaan INDI 4.0
Baca juga: Tingkatkan daya saing, Kemenperin percepat transformasi industri 4.0


 

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020