Perfilman Indonesia butuh kesempatan dari para pelaku film, baik yang baru memulai maupun profesional
Jakarta (ANTARA) - Sejumlah sineas Indonesia sepakat bahwa teknologi memiliki peran yang cukup besar untuk membantu kreator muda membuat film di tengah keterbatasan kala pandemi.

Sineas sekaligus Ketua Komite Festival Film Indonesia (FFI) Lukman Sardi mengatakan, teknologi mampu membuka ruang baru bagi sineas muda untuk berkarya dengan alat-alat yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.

"Perfilman Indonesia butuh kesempatan dari para pelaku film, baik yang baru memulai maupun profesional. Teknologi mampu mengusik ruang berkarya di era ini, yaitu memadukan teknologi dan film," kata Lukman dalam acara penghargaan yang digelar Samsung, Senin.

Baca juga: Kemenparekraf berpesan agar sineas tetap produktif utamakan kesehatan

"Kami berharap (teknologi dan ajang kompetisi) bisa mendorong kreator muda untuk berani dan menggali potensi mereka untuk perfilman Indonesia," ujarnya melanjutkan.

Lebih lanjut, Lukman menekankan bahwa di masa pandemi ini, pembuat film Indonesia tidak boleh patah semangat. Menurutnya, keterbatasan dapat menggugah potensi dan kreativitas kreator untuk berkarya. Mulai dari menggunakan alat dan media yang ada, hingga menuliskan cerita yang dekat dengan kehidupan saat ini.

"Limitasi ini membuat kita menemukan potensi. Dengan penggunaan alat yang tidak profesional, set terbatas, ini malah menghadirkan cerita yang dekat dan memperkuat konten," kata Lukman.

Aktor berusia 49 tahun itu pun memiliki harapan yang besar untuk para sineas muda yang lekat dengan teknologi. Ia berharap para kreator muda yang ingin membuat film terus termotivasi untuk berkarya, walau harus dimulai dari menggunakan kamera ponsel sekalipun.

Baca juga: Nadiem ajak para sineas semakin kreatif dan inovatif

"Saya berharap ajang ini mampu memunculkan nama-nama baru. Terus lakukan proses belajar, supaya ke depannya bisa terus bicara di industri film; bukan tentang kalian sendiri, namun bisa bicara tentang banyak hal dan topik (lewat film)," pungkasnya.

Di sisi lain, sineas muda Yandy Laurens mengatakan bahwa industri film Tanah Air memiliki pintu yang terbuka bagi para pendatang baru yang bersemangat untuk berkarya dan berinovasi.

"Saya ingat 12 tahun lalu saya ikut kompetisi film pendek. Ini jadi pengingat bahwa kesempatan menjadi film maker sangat terbuka," kata Yandy.

"Membuat film sejak muda, kalau kita terus tekun dan belajar, bukan hal yang tidak mungkin kita bisa bertemu dan berkarya bersama," ujarnya melanjutkan.

Baca juga: PFN bakal gandeng sineas milenial untuk produksi 21 film sampai 2023

Ia pun tak menampik bahwa ruang gerak untuk produksi film lebih minim daripada masa sebelum pandemi. Pun dengan layanan bioskop yang masih bertahap dibuka dengan segala keterbatasannya.

Yandy berharap dengan adanya pelatihan hingga ajang kompetisi virtual di kala pandemi bisa kembali menggugah pembuat film muda untuk berkreasi.

"Kompetisi seperti ini diharapkan bisa membangun semangat untuk para sineas muda unjuk gigi skill mereka, dan tetap produktif untuk menghasilkan karya nyata, dan memberikan inspirasi bagi industri perfilman," pungkas sineas di balik film "Wan An" itu.

Baca juga: "The Boy with Moving Image", sebuah kegelisahan dari sineas muda

Baca juga: Sineas Indonesia optimistis industri perfilman membaik di 2021

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2020