Lebak (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Lebak menyiapkan dana sebesar Rp500 juta untuk menangani kebencanaan yang berpotensi terjadi akhir dan awal tahun sehingga terpenuhi kebutuhan pelayanan dasar sehingga tidak menimbulkan kerawanan pangan.

"Kami berharap dana itu nantinya dapat digunakan untuk penanganan kebencanaan," kata Bupati Lebak Iti Octavia di Lebak, Kamis.

Pemerintah daerah mengalokasikan biaya tak terduga (BTT) Rp500 juta untuk pelayanan kebutuhan dasar jika terjadi bencana alam.

Pelayanan dasar tersebut ketersediaan logistik antara lain beras, lauk pauk, makanan siap saji, mie instan, air mineral dan perlengkapan bayi.

Selain itu juga kebutuhan untuk tidur, seperti selimut, tikar, bantal dan peralatan dapur.

Selama ini, potensi banjir dan longsor pada awal dan akhir tahun menjadikan "langganan" menimpa warga Kabupaten Lebak.

Sebab, daerah ini memiliki tofografinya perbukitan, pegunungan, aliran sungai dan bila curah hujan tinggi dengan intensitas lebat dan sedang dipastikan menimbulkan bencana alam.

Pengalaman awal tahun 2020, kata dia, bencana banjir bandang dan longsor menerjang Kabupaten Lebak hingga mengakibatkan sembilan orang meninggal dunia dan ribuan warga mengungsi.

Selain itu juga ratusan rumah hanyut terbawa arus air sungai juga puluhan bangunan infrastruktur dan sarana pelayanan umum rusak berat.

"Persediaan dana itu dapat memberikan manfaat bagi warga yang terdampak bencana alam," katanya menjelaskan.

Baca juga: Banjir-longsor rusak rumah-infrastruktur, BPBD Lebak ajukan bantuan

Tanggap darurat

Pemerintah Kabupaten Lebak menetapkan status tanggap darurat bencana banjir yang melanda 21 kecamatan akibat luapan sejumlah sungai setelah dilanda hujan lebat sejak Sabtu (5/12) hingga Minggu sore.

Penetapan status tanggap darurat itu berdasarkan dampak kerusakan rumah dan infrastruktur cukup besar.

Banjir di Lebak melanda 21 kecamatan dan 89 desa hingga merendam rumah sebanyak 3.941 unit, bahkan di antaranya 89 unit rusak ringan dan berat.

Selain itu juga menimbulkan kerusakan infrastruktur sebanyak 22 unit, termasuk jembatan gantung serta gedung sekolah.

"Kami menetapkan status tanggap darurat mulai 6 sampai 14 Desember," kata Asisten Daerah (Asda) III Pemerintah Kabupaten Lebak Feby Hardian Kurniawan.

Ia mengatakan,selama masa tanggap darurat mengutamakan penyelamatan pascabencana dengan menyalurkan logistik, seperti beras, lauk pauk, minyak, air kemasan, mie instan, susu bayi dan obat-obatan.

Selain itu juga pemberian pakaian, selimut dan tikar juga pembuatan sarana sanitasi agar tidak buang air besar (BAB) sembarangan.

Pemerintah daerah juga bekerja sama dengan relawan tangguh, TNI, Polri, PMI dan Basarnas bersama-sama melakukan evakuasi di lokasi yang terdampak bencana banjir.

Banjir yang menerjang 21 kecamatan itu antara lain Kecamatan Cipanas, Malingping, Wanasalam, Cijaku, Gunungkencana, Banjarsari, Rangkasbitung, Kalanganyar, Cimarga, Leuwidamar dan Cirinten.

Kebanyakan masyarakat yang terdampak banjir itu tinggal di sekitar bantaran Sungai Ciberang, Ciujung, Cimoyan, Cilangkahan dan Cimadur.

Bencana banjir juga dilaporkan dua orang meninggal terbawa arus sungai dan dua lagi selamat.

"Kami memperkirakan kerugian material hingga miliaran rupiah akibat banjir itu," katanya.

Baca juga: Pemkab Lebak tetapkan status tanggap darurat bencana banjir

Logistik

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak, Provinsi Banten mendistribusikan bantuan logistik bagi korban banjir dan longsor guna mengurangi risiko kebencanaan.

Pendistribusian bantuan logistik itu ke sejumlah kecamatan yang dilanda banjir dan longsor akibat curah hujan tinggi yang terjadi beberapa hari terakhir.

Penyaluran logistik itu agar guna meringankan beban ekonomi masyarakat juga tidak menimbulkan kerawanan pangan juga .

"Semua warga korban bencana alam itu mendapat bantuan logistik," kata Plt Kepala Pelaksana BPBD Lebak Pebby Rezki Pratama.

BPBD Lebak mengimbau masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana alam agar tidak menimbulkan korban jiwa.

Prakiraan BMKG menyebutkan berpotensi hujan lebat disertai angin kencang berpeluang terjadi di wilayah Kabupaten Lebak.

BPBD berkoordinasi dengan BMKG untuk memperoleh informasi situasi terkini untuk pengendalian bencana alam.

"Kami menetapkan siaga menghadapi hidrometeorologi, karena berpotensi banjir dan longsor," katanya.

Baca juga: Banjir di Lebak meluas hingga 18 kecamatan

Pengungsi

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati mengatakan saat ini BPBD setempat telah mendirikan pos pengungsian juga mengoperasionalkan kendaraan dapur umum.

Posko pengungsian didirikan di tujuh titik, di antaranya empat titik di Rangkasbitung dan satu titik masing-masing di Banjarsari, Cirinten, dan Leuwidamar.

"Kami mengutamakan korban bencana alam yang tinggal di posko pengungsian terlayani dengan baik, terutama kebutuhan konsumsi makanan dan tidur yang layak," ujarnya.

Ketua RW 12 Kampung Kalimati Kelurahan MC Rangkasbitung Barat, Kabupaten Lebak, Ako (65) mengatakan warganya terpaksa tinggal di Posko Pengungsian Gedung Pamitran Jalan Multatuli Rangkasbitung.

Posko pengungsian itu menampung sekitar 700 orang dengan 240 kepala keluarga (KK) dari RT02 dan RT01.

Pada pukul 08.00 WIB, banjir mulai surut sehingga warga di posko pengungsian pulang ke rumah masing-masing.

"Sekarang, warga sudah menempati rumah masing-masing setelah dilakukan pembersihan sampah dan lumpur," katanya menjelaskan.

Baca juga: Banjir di Lebak sudah menelan korban jiwa

Surut

Pupung (40) warga Kalimati Rangkasbitung mengaku bahwa dirinya bersama anggota keluarga kembali ke rumah setelah debit air Sungai Ciujung menurun.

"Kami membersihkan kotoran sampah dan lumpur yang ada di rumah, karena lokasinya cukup berdekatan dengan sungai," katanya menjelaskan.

Ia mengaku lega dan senang setelah banjir kembali surut karena dikhawatirkan tinggal di posko pengungsian akan terserang penyakit menular, sebab tidur secara bersamaan dengan pengungsi lainnya.

Selama ini, kata dia, tinggal di Posko Pengungsian Gedung Pamitran Rangkasbitung tidak layak huni dengan tidur menggunakan alas tikar tipis dan dirasakan suhu dingin. Selain itu juga terbatas air bersih juga sarana buang air besar (BAB).

"Kami cukup lega setelah banjir surut dan bisa kembali ke rumah," kata Pupung.

Baca juga: Banjir di Lebak sudah surut

Bantu obat-obatan

Bank Banten menyalurkan bantuan untuk warga korban banjir di Kabupaten Lebak berupa obat-obatan sebanyak lima kardus untuk pemulihan kesehatan warga yang terkena banjir.

Biasanya, warga setelah dilanda banjir kebanyakan mengalami ISPA, gatal-gatal juga pegal.

Karena itu, Bank Banten menyalurkan obat-obatan jenis salep juga pil agar dapat digunakan mereka yang membutuhkan bantuan obat.

"Kami berharap bantuan itu dapat dimanfaatkan oleh warga yang terdampak banjir," kata Manager Bisnis Bank Banten Cabang Lebak Dani.

Selama ini, ujarnya, masyarakat yang terdampak banjir tentu sangat membutuhkan obat-obatan juga logistik pangan.

Kemungkinan besar Bank Banten akan kembali menyalurkan bantuan berupa pakaian dan bahan pokok.

Penyaluran bantuan untuk warga korban bencana alam di Kabupaten Lebak merupakan bentuk kepedulian perusahaan daerah tersebut.

"Kami berharap dalam waktu dekat ini bisa kembali menyalurkan bantuan bagi warga korban banjir," ujarnya.

Baca juga: Banjir di Lebak rendam 1.200 rumah di 14 kecamatan



 

Pewarta: Mansyur suryana
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020