budaya literasi menjadi budaya dan perilaku masyarakat
Jakarta (ANTARA) - Perpustakasan Nasional (Perpusnas) memperingati Hari Bela Negara yang jatuh setiap 19 Desember dengan mengadakan acara "Puisi BelaNegara" yang disertai juga dengan peluncuran tiga buah buku terkait tokoh Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI), Awaloeddin Latief.

"Berbicara tentang bela negara tentu tidak berbicara zaman ini tentang memegang senjata. Akan tetapi bela negara merupakan sebuah sikap dan perilaku seluruh warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada bangsa negaranya, terhadap kesatuan Republik Indonesia dan juga Pancasila," kata Kepala Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca Perpusnas Adin Bondar dalam acara yang diselenggarakan di Jakarta, Sabtu.

Adin menegaskan bahwa Perpusnas memiliki peran yang strategis dalam bela negara, di mana dapat membangun budaya literasi yang merupakan tantangan besar bagi bangsa Indonesia.

Hal itu karena di tengah pesatnya perkembangan teknologi saat ini telah mengubah cara pandang dan sikap perilaku warga negara dengan terjadi degradasi kebangsaan.

"Ini diakibatkan adalah terlena disrupsi teknologi yang begitu masif yang begitu dapat mengikis nilai-nilai kebangsaan kita," katanya, memberi contoh bagaimana banyaknya terdapat situs berisi hoaks yang dapat diakses masyarakat.

Baca juga: Ma'ruf Amin: Bela negara itu tugas sejarah santri

Baca juga: Forum Bela Negara Sumbar akan tapak tilas PDRI di Solok Selatan



Karena itu, dia mendorong peningkatan budaya literasi bangsa yang sejalan dengan tujuan bela negara.

"Perpustakaan Nasional adalah garda terdepan, menjadi leading sector bagaimana kemudian budaya literasi menjadi budaya dan perilaku masyarakat, agar terjadi transformasi pengetahuan," kata dia.

Dalam kesempatan tersebut diluncurkan juga novel romansa sejarah "Bayang-Bayang Melati" dan "Melati Patah Janji" serta memoar tokoh PDRI yaitu Awaloeddin Latief.

Jimly Asshiddiqie sebagai penasihat Generasi Lintas Budaya (GLB) dalam sambutan di acara itu menyampaikan harapannya agar peringatan Hari Bela Negara dan tokoh-tokoh yang berperan dalam masa perjuangan bisa menggerakkan kesadaran generasi penerus, termasuk kaum muda.

Dia mendorong masyarakat semakin bersatu di tengah masa pandemi dan dengan jiwa cinta tanah air bersama-sama meneruskan semangat bela negara.

"Dengan semangat dan kesadaran bela negara yang kuat karena kita dibentuk oleh kesadaran sejarah yang sangat tangguh," kata Ketua Mahkamah Konstitusi periode 2003-2008 itu.

Hari Bela Negara ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui Keppres No. 28 tahun 2006. Diperingati setiap tanggal 19 Desember untuk mengingat deklarasi Pemerintahan Darurat Republik Indonesia oleh Sjafruddin Prawiranegara di Sumatera Barat pada 19 Desember 1948.

Baca juga: Brigif 21/Komodo gelar peringatan Hari Bela Negara

Baca juga: Memperingati Hari Bela Negara: Merangkul semua komponen bangsa

 

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020