Jakarta (ANTARA) - Director & Chief Technology Officer XL Axiata, I Gede Darmayusa, mengungkap sejumlah spektrum frekuensi yang dinilai ideal untuk implementasi internet generasi kelima alias 5G di Indonesia.

"Yang ekosistemnya paling banyak di seluruh dunia itu sebetulnya 3,5GHz. Dari segi handset, dari segi equipment manufacture 3,5GHz itu paling umum, dan otomatis kalau skalabilitinya besar kita juga lebih enak men-deploy karena negosiasi dengan teknologi partner juga lebih enak, lebih murah, karena skalanya besar," ujar dia dalam konferensi pers virtual, Rabu.

Baca juga: Industri telekomunikasi hadapi perang harga

Selain frekuensi 3,5GHz, Gede menyebut frekuensi 2,6GHz juga sudah banyak digunakan, salah satunya oleh operator telekomunikasi China Mobile.

Selanjutnya, frekuensi 700Mhz juga dinilai cocok untuk menggelar 5G di daerah rural, karena dapat menjangkau radius lebih dari 5km, sehingga dapat menjangkau area yang luas dengan populasi rendah.

"Jadi, semuanya itu ideal karena punya purpose-nya masing-masing," kata Gede.

Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) berencana menyiapkan sejumlah spektrum frekuensi untuk 5G antara lain 2,3 GHz (2021), 700 MHz (2022), 26-28GHz (2022), 3,3-3,5 Ghz (2023) 2,6 GHz (2024/2025).

Gede berharap pemerintah benar-benar dapat merilis frekuensi 700MHz pada 2022, kemudian 3,5GHz pada 2023 dan 2,6GHz pada 2024.

"Sehingga 5G yang kita harapkan benar-benar datang dan memberi manfaat operator ke industri, ke masyarakat, ke warga negara, benar-benar bisa kita deliver semaksimal mungkin. karena spektrumnya ideal, jumlah bandwidth nya juga sesuai dengan yg kita harapkan," ujar Gede.

Sementara itu, pekan lalu Kominfo baru saja mengumumkan hasil pemilihan blok pita frekuensi radio 2,3GHz pada rentang 2360 – 2390 MHz untuk Keperluan Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler, dan XL bukan salah satu di antaranya.

Gede mengatakan hal itu tidak mempengaruhi strategi XL dalam mempersiapkan layanan 5G.

"2300Mhz memang frekuensi yang memang sudah biasa dipakai untuk 5G biarpun tidak terlalu umum seperti yang lain," ujar Gede.

"Dari awal strategi kita adalah memastikan efisiensi apa spektrum yang kita punya, infrastruktur yang sudah kita punya. Tidak perubahan, karena dari awal kita memang selalu berusaha untuk menjadi lebih efisien di industri yang ada sekarang di Indonesia," dia melanjutkan.

Meski begitu, dengan adanya pemenang di frekuensi 2,3GHz, yang akan menambah kapasitas, Gede mengatakan XL akan lebih inovatif dengan menggandeng erat semua mitra, salah satunya partner teknologi, seperti Huawei, Ericsson dan Cisco.

"Ditambah dengan partner fiber kita, ditambah dengan partner tower provider kita untuk memastikan kita lebih beroperasi lebih efisien dengan spektrum yang kita punya, dengan infrastruktur yang sudah kita garap," Gede menambahkan.

Objek Seleksi pita frekuensi radio 2,3 GHz pada rentang 2360 – 2390 MHz terdiri atas tiga blok pita frekuensi radio.

Operator seluler Smartfren atau PT Smart Telecom mendapat Blok A, kemudian 3 Indonesia atau PT Hutchison 3 Indonesia mendapat Blok B, dan Telkomsel atau PT Telekomunikasi Selular mendapat Blok C, masing-masing dengan harga penawaran Rp144.867.000.000.

Baca juga: Siapkan 5G, XL gelar uji coba Dynamic Spectrum Sharing

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020