Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) Hartono optimistis dapat menjalankan tugas untuk merestorasi gambut dan mangrove, sebab kedua ekosistem itu memiliki keterkaitan satu dengan lainnya.

"Sesungguhnya ada kaitan erat antara ekosistem gambut dan mangrove. Di beberapa pulau kecil bergambut di Riau misalnya, keberadaan mangrove penting untuk melindungi pulau dari abrasi," kata Hartono usai acara serah terima jabatan dari Kepala BRG 2016-2020 Nazir Foead di Jakarta, Selasa.

Hartono menegaskan bahwa kerusakan mangrove menjadi ancaman pada ekosistem gambut yang ada di dekatnya, karena keduanya saling keterhubungan.

Baca juga: Wamen LHK: Restorasi gambut dan mangrove butuh pendekatan pentahelix

Baca juga: Kepala BRGM: Desa Peduli Gambut garda terdepan perlindungan gambut


Hal itu disampaikan Hartono, yang sebelumnya menjabat sebagai Sekretaris Badan Restorasi Gambut (BRG) 2016-2020, setelah masa kerja badan itu diperpanjang sekaligus ditambahkan tugasnya untuk merehabilitasi mangrove atau bakau.

Mantan pegawai negeri sipil di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) itu mengakui bahwa tugas yang diemban BRGM memang berat. Namun, dia optimistis dapat melakukan tugas tersebut berbekal pengalaman mengawal restorasi gambut dalam periode lima tahun sebelumnya.

Dalam menjalankan tugas, Hartono memastikan akan meningkatkan kerja sama dengan kementerian dan lembaga terkait, pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya.

Sementara itu, Direktur Wetlands International Indonesia Nyoman Suryadiputra mengharapkan restorasi baik gambut maupun mangrove perlu mengacu pada komitmen Indonesia terkait penurunan gas rumah kaca (GRK).

"Di dalam mengelola ekosistem gambut dan mangrove, BRGM perlu mengacu pada komitmen pemerintah Indonesia terkait penurunan GRK, karena ekosistem ini kaya karbon dan berperan penting dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim," ujar Nyoman. Selain itu, pengelolaan ekosistem gambut dan mangrove merupakan pekerjaan lintas sektoral dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, baik pemerintah, masyarakat dan swasta. BRGM, tegas Nyoman, perlu menciptakan lokasi percontohan atau demo plot terkait restorasi gambut dan mangrove di provinsi prioritas.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo melantik Hartono sebagai Kepala BRGM pada Rabu (23/12). Dengan pelantikan itu, BRG resmi berganti nama menjadi BRGM.

Baca juga: BRGM diharapkan lebih inklusif dalam proses restorasi gambut

Baca juga: Bertambah tugas, BRGM siap fasilitasi restorasi gambut dan mangrove


Dalam tugas barunya, BRGM ditargetkan melakukan percepatan restorasi terhadap 1,2 juta hektare (ha) lahan gambut dan 600.000 ha lahan mangrove. Selain itu, wilayah kerja mereka juga bertambah dari yang semula tujuh provinsi untuk gambut, kini ditambah enam provinsi untuk rehabilitasi mangrove.

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020