Sudah lama loh kita enggak banjir, sekarang kena banjir lagi
Jakarta (ANTARA) - Malam mulai menanjak, sedari maghrib suara jangkrik terdengar nyaring berdendang menyeruak masuk dalam kamar di antara deretan rumah di pemukiman padat Gang Kelinci, Pasar Baru, Jakarta Pusat.

Suara jangkrik tidak sendiri, udara sejuk ikut menemani. Waktu yang sempurna untuk rebahan, sembari menghirup aroma jalan setapak Gang kelinci yang basah, sejak Rabu petang.

Tersisa 24 jam menjelang peralihan tahun, 2020 berganti 2021, berharap hujan tidak larut hingga malam, karena khawatir kejadian tahun lalu berulang.

Masih segar dalam ingatan, suara dentuman kembang api sahut-sahutan silih berganti di langit Jakarta, menandakan hari telah berganti 1 Januari 2020, damai terasa malam itu, karena hujan terus turun hingga subuh.

Semangat menyambut hari baru di tahun yang baru seolah sirna, hanya beberapa jam setelah kegembiraan melewati malam pergantian tahun berganti menjadi kelelahan, tiba-tiba air menggenang dalam rumah.

Mega (73), perempuan keturunan Tionghoa di Gang Kelinci, sibuk mengemasi dua anjing pudel miliknya ke dalam kandang, biasanya dilepas berkeliaran dalam rumah.

Dari semata kaki, ketinggian air terus merangsek hingga sebetis, Mega mulai khawatir, peralatan rumah tangga berhamburan mengapung di atas air.

"Sudah lama loh kita enggak banjir, sekarang kena banjir lagi," kata dia.

Baca juga: Pengerjaan embung Semanan dan Tegal Alur capai 70 persen

Ia mengaku banjir terakhir dirasakannya pada 2007, ketinggiannya hingga 40 sentimeter atau sekitar lutut orang dewasa. Banjir tertinggi yang pernah ia hadapi seumur hidupnya.

Banjir Jakarta

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta per 1 Januari 2020, sebanyak 157 kelurahan (60 persen) kelurahan di Jakarta terdampak banjir.

Kelurahan terdampak paling banyak ada di Jakarta Timur (77 persen), Jakarta Utara (74 persen), Jakarta Barat (57 persen), Jakarta Selatan (50 persen), dan Jakarta Pusat (30 persen).

Banjir awal tahun yang melanda Jakarta memiliki ketinggian bervariasi, mulai dari 10 sentimeter (cm) hingga 1,5 meter. Wilayah dengan ketinggian air lebih dari satu meter membuat 31.232 warga Jakarta terpaksa mengungsi.

Dari 31.232 pengungsi terbanyak atau sebesar 43 persen merupakan pengungsi dari wilayah Jakarta Timur.

Hingga 2 Januari 2020 masih terdapat 390 RW atau 14,2 persen di wilayah Jakarta yang terendam banjir. Banjir berlangsung selama hampir seminggu, hingga benar-benar surut pada 7 Januari 2020.

Hujan ekstrem menjadi penyebab banjir yang melanda DKI Jakarta. Jika dibandingkan dengan banjir Jakarta tahun-tahun sebelumnya, curah hujan awal 2020 merupakan yang tertinggi, yakni 377 milimeter (mm), sedangkan 2007 sebesar 340 mm.

Meski demikian, area yang terdampak dan korban pengungsian maupun yang meninggal dunia tidak sebanyak saat banjir Jakarta pada 2007.

Puncak musim hujan

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menginformasikan saat ini Indonesia memasuki puncak musim hujan yang berpotensi terjadi akhir Desember 2020 hingga Januari 2021.

Selain menghadapi puncak musim hujan, wilayah Indonesia juga menghadapi ancaman fenomena La Nina yang diprediksi terjadi sampai dengan Maret 2021.

Baca juga: Sudin SDA Jakarta Utara siapkan empat pompa mobile

Pada Desember ini potensi intensitas hujan meningkat terjadi di sejumlah wilayah, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Papua Barat, Papua.

BMKG juga memprediksi intensitas hujan tinggi terjadi pada malam pergantian tahun di wilayah Sumatera bagian utara, sebagian besar Jawa, termasuk Jabodetabek.

"Khusus DKI Jakarta, prediksi terjadi intensitas hujan sedang hingga lebat pada malam tahun baru berpotensi terjadi di wilayah Jakarta Selatan," kata Kepala BMKG Dwikora Karnawati.

Prakiraan cuaca yang dikeluarkan BMKG memiliki tingkat akurasi 81-87 persen. Prakiraan intensitas hujan yang tinggi ini berpotensi terjadinya banjir.

Selain karena intensitas hujan, banjir juga disebabkan efek La Nina serta fenomena pembentukan awan-awan hujan di Samudera Hindia dan adanya peluang udara dingin.

BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap tenang tetapi waspada, terutama yang tinggal di dekat bantaran sungai. BMKG juga mengingatkan adanya potensi angin kencang yang terjadi selama periode tersebut.

Salah satu langkah mitigasi yang dilakukan BMKG dengan memberikan informasi cuaca secara berkala kepada pemerintah daerah maupun BPBD wilayah, agar bisa mengambil langkah-langkah antisipasi.

Informasi perkiraan cuaca dan peringatan dini disampaikan setiap tiga kali sehari, per tiga jam sekali dan per setengah jam sekali.

Banjir kiriman

Salah satu wilayah langganan banjir berada di Jalan Kemang Selatan X, Kelurahan Bangka, Kota Jakarta Selatan. Selain kena banjir lima tahunan, juga terkena banjir kiriman dari kawasan hulu.

Baca juga: Pemkot Jakpus dorong proyek penanganan banjir rampung akhir 2020

Wilayah tersebut berada dekat dengan aliran Kali Krukut, warga sudah terbiasa bila air tiba-tiba menggenang, hanya saja banjir 2020 bukanlah banjir lima tahunan, tapi ketinggiannya melebihi banjir tahun-tahun sebelumnya, mencapai 1,5 meter.

Haji Ahmad Dauri (58) yang lahir dan tinggal di Kemang Selatan X, sudah terbiasa dengan banjir, sehingga tidak lagi khawatir dengan perabotan rusak terendam air.

Setiap memasuki musim penghujan, ia dan keluarga sudah bersiap-siap, seperti meninggikan letak barang-barang elektronik, menyimpan surat-surat dan benda-benda berharga dalam kotak plastik kedap udara.

Penyimpanan barang-barang ke dalam kotak plastik kedap udara diyakini dapat melindungi barang-barang berharga kala banjir melanda.

Mengganti perlengkapan rumah tangga (mebel) dengan bahan plastik, atau bahan-bahan kayu seperti jati, dapat meminimalisasi tingkat kerugian akibat banjir.

"Di sini (Kemang, red.), udah enggak laku mebel pakai kayu biasa, kita pakainya jati, semua perabotan kita pakai jati," ujar dia pada 25 Februari 2020.

Selain merusak peralatan rumah tangga, salah satu benda paling krusial yang rentan rusak kala banjir, yakni surat-surat berharga dan administrasi kependudukan, seperti akta kelahiran, KTP, kartu keluarga, dan lainnya.

Kepala Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) Kota Jakarta Selatan, Abdul Haris, memberikan tips mencegah kerusakan dokumen kependudukan kala banjir.

"Minimal untuk dokumen selain KTP diantisipasi dengan menyimpannya di tempat yang tinggi," kata Haris, November lalu.

Selain tips menyimpan, untuk dokumen yang tidak memerlukan perubahan secara berkala, kata dia, dapat dilaminating, misalnya akta kelahiran, akta kematian, kartu keluarga (KK).

Trik berikutnya, menyimpan dokumen-dokumen penting dalam kotak kedap air, sehingga dokumen tetap aman ketika ketinggian air melampaui perkiraan.

Masyarakat memiliki kebiasaan menyimpan dokumen-dokumen penting di tempat yang tidak terjamah, tetapi ada kala banjir yang merendam pemukiman warga tingginya fluktuatif.

Baca juga: Nyaman di bawah ancaman banjir

Trik menyimpan dokumen dalam kotak kedap air juga bisa digunakan untuk warga yang tinggal di lokasi rawan banjir dan kerap meninggalkan rumah dalam waktu yang lama.

Ketika banjir terjadi, saat rumah tidak ada penghuni, dokumen yang tersimpan dalam kotak kedap air bisa bertahan atau mengapung dalam air.

Membekas 

Kenangan akan 'ajaibnya' banjir tahun baru 2020 masih jelas membekas di ingatan Leny Ernawati (30), warga Kampung Lobang, Kelurahan Pengadegan, Jakarta Selatan.

Ketinggian air nyaris menyentuh lantai dua rumah seluas 50 meter persegi milik keluarganya. Lenny pun terpaksa bertahan di pengungsian selama satu pekan.

Kondisi pandemi COVID-19 sejak Maret 2020, membuat ibu muda tersebut menaruh harapan jangan ada lagi banjir di Kampung Lobang.

Awal Desember 2020, Kampung Lobang sudah ditunjuk sebagai Kampung Tangguh Bencana oleh BPBD DKI Jakarta.

Kampung Tangguh Bencana dibentuk agar masyarakat lebih tanggap dan siaga saat terjadi bencana apapun. Kampung tersebut telah dibekali mitigasi bencana, mulai dari siaga, tanggap, dan penanggulangan.

Penanggulangan bencana yang diberikan kali ini disesuaikan dengan situasi pandemi COVID-19, seperti tempat evakuasi, kapasitas tempat pengungsian dibatasi agar jarak fisik tetap terjaga, dan warga tidak berkerumun saat bencana.

Kampung Lobang juga sudah dilengkapi rumah pompa sejak 2017, dengan kekuatan dua pompa berkapasitas 750 liter per detik yang siap menyedot air yang masuk Kampung Lobang.

Upaya mitigasi juga telah dilakukan aparat Kelurahan Pengadegan bersama-sama warga, seperti kerja bakti, pengerukan saluran air, hingga pemasangan rambu-rambu kebencanaan, seperti jalur evakuasi, titik kumpul, dan lokasi evakuasi.

Tidak hanya itu, aparat Kelurahan Pengadegan juga memiliki strategi menghadapi banjir.

Selain itu, mengandalkan sistem peringatan dini yang terhubung dengan pemantau pintu air Katulampa dan Manggarai, serta BPBD.

Baca juga: Sudin SDA Jaksel selesaikan pembuatan 157 sumur resapan

Strategi lainnya, yakni 'SMS blast' kewaspadaan bencana yang dikirimkan lurah kepada seluruh warga, serta peran RT dan RW untuk memberitahukan warga dari pintu ke pintu agar bersiap mengungsi apabila ketinggian air tidak lagi terkendali.

Wali Kota Jakarta Selatan Marullah Matali juga optimistis permintaan Gubernur DKI Jakarta agar penanganan banjir di wilayah dapat selesai dalam waktu enam jam.

Optimisme itu didukung dengan langkah-langkah yang sudah dilakukan Suku Dinas Sumber Daya Air lewat Gerebek Lumpur dikebut, saluran air dikeruk, tali-tali air dibersihkan, penyiagaan pompa dioptimalkan, menguras sedimentasi setu juga dioptimalkan.

Semua itu dilakukan sebagai langkah antisipasi terjadi banjir kala hujan.

Di tengah pandemi saat ini memang diharapkan banjir karena musim hujan tidak terjadi. Agar tidak semakin memperparah keadaan masyarakat.

Baca juga: SDA Jakpus pastikan program penanganan banjir rampung 15 Desember
Baca juga: Kebon Pala Jaktim terendam banjir imbas luapan Ciliwung
Baca juga: 34 RT tergenang akibat hujan dan luapan Ciliwung pada Senin pagi

Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020