Jakarta (ANTARA) - Selain jeritan tak bisa berlibur ke destinasi wisata impian hingga berkumpul bersama kerabat jauh, kolega dan pasangan karena harus di rumah saja, pandemi COVID-19 yang berlangsung sejak awal tahun 2020 menyisakan pesan positif khususnya untuk terkait gaya hidup masyarakat.

Apa saja pesannya, berikut rangkumannya:

1. Kebiasaan 3M
Psikolog Ajeng Raviando menilai, protokol kesehatan 3M yakni mengenakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan yang digaungkan para pakar medis dan pemerintah bukan lagi sekedar aturan melainkan bagian dari kebiasaan.

"(3M) sudah harus menjadi new culture, this is our way of life. Jadi, jangan lupa apa yang dilakukan dalam protokol kesehatan sudah menjadi kebiasaan," kata dia dalam wawancara bersama ANTARA beberapa waktu lalu.

Saat ini, orang mengenakan masker saat berada di fasilitas publik, berkali-kali mengoleskan hand sanitizer usai menyentuh permukaan benda yang sering disentuh orang dan berusaha menjaga jarak, menjadi pemandangan biasa.

Dokter sekaligus relawan COVID-19, Muhamad Fajri Adda'i mengatakan, orang-orang ini memahami betul pentingnya 3M dan menjalankan protokol kesehatan dengan baik saat keluar rumah.

Walau begitu, menurut Fajri, ada juga yang sebenarnya tidak paham manfaat protokol kesehatan namun tetap menerapkannya karena khawatir terkena denda atau teguran dari aparat.

Di sisi lain, Ajeng tak menampik adanya golongan orang cuek pada protokol kesehatan. Alasannya beragam, mulai dari merasa kebal terhadap COVID-19 hingga lelah menerapkan 3M dan ingin kembali ke masa sebelum pandemi.

Mereka yang tak mau taat ini, menurut Fajri terbagi menjadi dua golongan yakni paham pentingnya 3M tetapi tidak mau menerapkannya serta tidak paham dan tidak mau taat.

Padahal, 3M menjadi upaya penting mencegah penularan COVID-19. Ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia, Pandu Riono mengatakan, mencuci tangan pakai sabun bisa mengurangi risiko tertular hingga 35 persen, lalu memakai masker kain diketahui menurunkan 45 persen risiko dan angka penurunan mencapai angka 70 persen jika orang mengenakan masker bedah.

Sementara itu, penerapan menjaga jarak minimal satu meter dilaporkan mengurangi risiko orang tertular COVID-19 sebanyak 85 persen.

2. Konsumsi herbal
Selain 3M, memperkuat imunitas juga menjadi bagian penting mencegah seseorang terkena COVID-19. Seiring pandemi, orang-orang melirik jejamuan atau herbal untuk membantu menguatkan sistem imun tubuh mereka.

Peracik jamu di bawah label "Sejiwa", Retno Hemawati mengaku pembeli produknya semakin banyak termasuk saat pandemi melanda.

Menurut dia, sebagian besar para pembeli ini sudah merasakan manfaat jamu racikannya. "Jamu kan bahan asli ya, ini jadi pilihan sehat mereka dibandingkan harus minum obat-obatan kimia," kata Retno yang berasal dari Wonosobo itu.

Penyanyi Cynthia Lamusu juga salah satu sosok yang rutin mengonsumsi minuman herbal, yakni empon-empon. Dia biasanya meminum empon-empon yang terdiri dari jahe, sereh, kunyit dan temulawak tiga kali dalam sehari.

Dari sisi manfaat, Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia, dr. Inggrid Tania menyatakan herbal bisa meningkatkan imunitas tubuh sekaligus mengurangi peradangan dan kadar lemak tubuh.

Ada berbagai racikan jamu yang bisa menjadi pilihan, antara lain: kunyit asam, beras kencur ditambah lemon, jahe, empon-empon hingga sambiloto bagi yang toleran dengan rasa pahit.

"Setiap hari, boleh 2-3 kali sehari (dikonsumsi) sebelum makan (khusus mereka yang tidak memiliki keluhan di lambung)," kata dia ketika kepada ANTARA ditanya waktu terbaik meminum jamu.

Namun, dia mengingatkan Anda jangan sampai termakan klaim berlebihan apalagi yang menyesatkan, misalnya yang menyatakan obat herbal manjur menyembuhkan pasien COVID-19.

Baca juga: Pevita Pearce terapkan hidup sehat tapi tetap kena COVID

Baca juga: Panduan gaya hidup sehat dan aktif untuk anak muda

Baca juga: Pakar: Vaksin investasi hidup aman dari COVID-19

 

Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021