Namun, apakah pendekatan alternatif dengan vaksin saat ini akan mencapai tujuan itu masih sangat belum jelas,
London (ANTARA) - Berikut beberapa hal yang perlu diketahui tentang perkembangan situasi dan penanganan pandemi virus corona sekarang:

*China melaporkan kenaikan besar kasus COVID-19 dalam lima bulan

Pihak berwenang di Shijiazhuang, ibu kota provinsi Hebei China, memperketat pembatasan perjalanan pada Kamis (7/1) untuk mengekang penyebaran virus corona karena negara itu melaporkan kenaikan terbesar kasus COVID-19 harian dalam lebih dari lima bulan.

Pengujian massal COVID telah diluncurkan di Shijiazhuang dan pelaksanaan berbagai pertemuan telah dilarang. Televisi pemerintah China melaporkan bahwa kota Shijiazhuang telah melarang para penumpang memasuki stasiun kereta api utamanya.

Kota itu sebelumnya mewajibkan para pelancong untuk menunjukkan hasil negatif untuk tes asam nukleat COVID-19 yang dilakukan dalam 72 jam sebelum naik kereta atau pesawat di provinsi tersebut.

Baca juga: 32 kasus baru COVID-19 muncul di China
Baca juga: Australia desak China beri akses tim COVID WHO 'tanpa ditunda'


Pihak berwenang di provinsi Guangdong pada Rabu malam (6/1) melaporkan adanya seorang pasien yang terinfeksi dengan varian virus corona yang lebih menular yang ditemukan di Afrika Selatan. Beberapa ilmuwan khawatir vaksin COVID-19 yang diluncurkan mungkin tidak dapat melindungi orang dari varian baru virus corona yang muncul karena mutasi.

*Keadaan darurat mulai diberlakukan di Tokyo mulai Jumat

Sebuah panel penasihat di Jepang pada Kamis menyetujui rencana pemerintah Jepang untuk memberlakukan keadaan darurat satu bulan hingga 7 Februari, yang dimulai pada Jumat (8/1), untuk Tokyo dan tiga prefektur tetangganya.

Langkah itu diambil sebagai upaya untuk menahan lonjakan kasus virus corona, yang jumlahnya sekarang terus mencatat rekor tinggi.

Menteri Ekonomi Yasutoshi Nishimura mengatakan bahwa langkah-langkah yang akan dimasukkan dalam keadaan darurat termasuk meminta restoran dan bar untuk tutup pada jam 08.00 malam, meminta orang untuk menahan diri mengadakan acara yang tidak mendesak dan membatasi kerumunan orang di acara olahraga dan acara lainnya hingga 5.000 orang.

Namun, para ahli medis khawatir rencana itu mungkin tidak memadai untuk menahan penyebaran virus.

Status keadaan darurat itu memberi para gubernur lokal otoritas hukum yang lebih kuat untuk mendesak warganya untuk tinggal di rumah dan bisnis tutup, tetapi mereka tidak berwenang untuk menjatuhkan denda atau hukuman penjara.

*Indonesia menunggu keputusan halal sebelum vaksinasi dimulai

Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan mengeluarkan keputusan tentang apakah vaksin COVID-19 halal untuk digunakan, sebelum peluncuran program inokulasi dengan vaksin COVID buatan China pada pekan depan.

Indonesia, yang merupakan negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia, berencana untuk memulai vaksinasi COVID pada 13 Januari setelah mendapatkan 3 juta dosis dari Sinovac Biotech China.

New York Times melaporkan bahwa Sinovac mengatakan kepada perusahaan farmasi milik Indonesia Bio Farma bahwa vaksin itu "dibuat bebas dari bahan babi".

Sekretaris Perusahaan Bio Farma ,Bambang Heriyanto, membenarkan tentang adanya pernyataan tersebut, namun mengatakan status kehalalan vaksin Sinovac itu tetap akan ditentukan oleh Majelis Ulama Indonesia. Sinovac sejauh ini belum menanggapi permintaan komentar.

*Para peneliti bahas kemungkinan pemakaian satu dosis vaksin untuk meningkatkan pasokan bagi lebih banyak orang

Penggunaan satu dosis dari salah satu vaksin COVID-19 yang tersedia, bahkan jika fungsinya kurang efektif dari dua dosis, mungkin memiliki manfaat populasi yang lebih besar, kata tiga kelompok penelitian dalam tiga makalah di Annals of Internal Medicine.

Para peneliti University of Washington mengatakan menggandakan cakupan vaksin dengan memberikan dosis tunggal kepada lebih banyak orang akan mempercepat pengendalian pandemi COVID-19 dengan menurunkan tingkat penularan.

"Dalam keadaan darurat kesehatan masyarakat, terdapat argumen yang kuat untuk melakukan sesuatu (penggunaan dosis tunggal vaksin) dengan hasil yang kurang sempurna jika hal itu dapat membantu lebih banyak orang dengan cepat," kata Thomas Bollyky dari Council on Foreign Relations dalam editorial yang diterbitkan bersama makalah penelitian tersebut.

"Namun, apakah pendekatan alternatif dengan vaksin saat ini akan mencapai tujuan itu masih sangat belum jelas," ujar Bollyky.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) pada Senin mengatakan bahwa gagasan untuk mengubah dosis atau jadwal resmi vaksin COVID-19 terlalu dini dan gagasan itu tidak didukung oleh data yang tersedia.

Sumber: Reuters

Baca juga: Sri Mulyani tanda tangani formulir vaksin GAVI COVAX Facility
Baca juga: Menkes tandatangani formulir GAVI untuk 108 juta dosis vaksin gratis

Penerjemah: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021