Lima (ANTARA) - Grup Farmasi Nasional China (Sinopharm) dan perusahaan farmasi Amerika Serikat Pfizer Inc mengajukan permintaan izin penggunaan darurat (EUA) ke Pemerintah Peru untuk vaksin COVID-19, kata salah satu pejabat badan pengawas obat-obatan setempat, Selasa (19/1).

Direktur Jenderal Badan Pegawas Obat-Obatan Peru (Digemid), Carmen Ponce, mengatakan dua perusahaan itu melayangkan izin penggunaan darurat untuk vaksin minggu lalu setelah keduanya menyerahkan "informasi sementara" hasil uji klinis tahap III.

Ponce menambahkan beberapa perusahaan lain seperti AstraZeneca Plc dan Gamaleya akan mengajukan izin pakai darurat ke Pemerintah Peru pada beberapa hari ke depan.

Baca juga: Peru tunda uji klinis vaksin COVID Sinopharm China
Baca juga: Peru buka lagi penerbangan internasional 1 Oktober


Sinopharm mengajukan izin pakai darurat untuk vaksin COVID-19 buatannya yang diberi nama BBIBP-CorV. Sejauh ini, Sinopharm telah mengantongi izin pakai darurat dari enam negara, di antaranya Bahrain, China, Mesir, Yordania, Seychelles, dan Uni Emirat Arab (UAE). Uji klinis tahap akhir untuk vaksin COVID-19 buatan Sinopharm masih berlangsung di sejumlah negara yaitu UAE, Peru, Bahrain, Mesir, Yordania, Argentina, dan China.

Sementara itu, Pfizer Inc mengajukan izin untuk vaksin COVID-19 yang dibuat bersama perusahaan farmasi Jerman, BioNTech. Vaksin COVID-19 yang dibuat Pfizer/BioNTech diberi nama BNT162b2.

Vaksin COVID-19 buatan Pfizer/BioNTech saat ini telah mengantongi izin pakai darurat dari 50 negara, di antaranya Argentina, Austria, Bahrain, Belgia, Bulgaria, Kanada, Chile, Kolombia, Kosta Rika, Kroasia, Siprus, Republik Ceko, Denmark, Ekuador, Estonia, Finlandia, Prancis, Jerman, Yunani, Hungaria, Islandia, Irlandia, Israel, Italia, Yordania, Kuwait, Latvia, Liechtenstein, Lithuania, Luxemburg, Malta, Meksiko, Belanda, Norwegia, Oman, Panama, Filipina, Polandia, Portugal, Qatar, Romania, Arab Saudi, Singapura, Slowakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, Swiss, Inggris, dan Amerika Serikat.

Tingkat penularan COVID-19 di Peru terus meningkat sejak awal tahun sehingga memaksa pemerintah memperketat aturan pembatasan di antaranya memperpanjang jam malam dan membatasi orang-orang yang singgah/transit pada akhir pekan.

Pemerintah Peru belum lama ini mengumumkan pihaknya telah meneken kerja sama pembelian 38 juta dosis vaksin buatan Sinopharm dan 14 juta dosis vaksin buatan AstraZeneca.

Gelombang pertama pengiriman vaksin COVID-19 buatan Sinopharm akan tiba di Peru pada akhir Januari 2021 atau awal Februari, kata pemerintah. Sejauh ini, otoritas di Peru belum mengumumkan tanggal kedatangan vaksin COVID-19 buatan perusahaan farmasi lain.

Pemerintah Peru melaporkan 3.893 kasus positif COVID-19 baru, Senin (18/1) sehingga total pasien positif melampaui angka satu juta jiwa dan 38.931 di antaranya meninggal dunia.

Sumber: Reuters
​​​​​​​
Baca juga: Peru minta warga tak undang tamu saat perayaan Natal dan Tahun Baru
Baca juga: Peru izinkan Sinopharm melanjutkan uji coba vaksin COVID-19

Penerjemah: Genta Tenri Mawangi
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021