Jakarta (ANTARA/JACX) - Sebuah kabar di media sosial beredar viral menyatakan obat COVID-19 dexamethasone lebih murah dibandingkan dengan vaksin COVID-19.

Salah satu akun twitter @Nicho_Silalahi, misalnya, mengunggah pesan itu pada 18 Januari 2021. Dia juga menyertakan tautan video siaran berita TV One tentang obat COVID-19 dexamethasone.

Siaran TV One menyebut obat itu dapat menyelamatkan pasien dengan gejala yang parah.

Namun, akun itu menyertakan pula dugaan korupsi dalam pembelian vaksin COVID-19.

Wah panas dingin ini pemain Vaksin, mana udah borong pula Ratusan juta vaksin baik dari China maupun tempat lain, ternyata obatnya Covid murah.
Bang @nazaqistsha dan @KPK_RI untuk periksa Erik Thohir selaku @KemenBUMN dan Importir vaksin. Karena diduga kuat ada korupsi.
RT Keras”


Lalu benarkah obat COVID-19 dexamethasone lebih murah dibanding vaksin?
 
Tangkapan layar pesan yang menyatakan dexamethasone lebih murah daripada vaksin COVID-19. (Twitter)


Penjelasan:

Mengutip situs Turnbackhoax.id, narasi obat dexamethasone lebih murah dibanding vaksin COVID-19 menyesatkan.

Video siaran berita TV One berjudul “Peneliti Inggris Temukan Obat Corona? Direktur Jenderal WHO Akui Efektivitas Dexamethasone” yang diunggah oleh kanal YouTube TVOneNews pada 19 Juni 2020 menjelaskan penggunaan dexamethasone sebagai obat kortikosteroid.

Obat itu mampu menyelamatkan pasien COVID-19 dengan gejala yang parah berdasarkan hasil uji klinis tim ilmuwan University of Oxford.

Namun perlu diketahui, vaksin COVID-19 tidak dapat dikatakan sebagai obat. Situs covid19.go.id menyatakan vaksin COVID-19 merupakan bentuk pencegahan yang diberikan pada orang sehat untuk mendorong pembentukan kekebalan tubuh spesifik pada penyakit COVID-19 agar terhindar dari tertular atau kemungkinan sakit berat.

Sementara, obat dexamethasone, seperti disebut WHO, tidak boleh dikonsumsi untuk mencegah atau mengobati gejala ringan COVID-19.

Hal serupa juga dikatakan oleh Reisa Broto Asmoro dalam konferensi pers pada 19 Juni 2020. Reisa mengatakan dexamethasone diberikan pada kasus konfirmasi yang sakit berat dan kritis yang membutuhkan ventilator dan alat bantu pernapasan serta tidak memiliki khasiat pencegahan, bukan penangkal COVID-19, bukan juga vaksin.

“Pemakaian obat steroid untuk COVID-19 hanya dibolehkan dalam pengawasan ahli, para dokter, dan dilakukan di sarana yang memadai tentunya yang bisa menangani efek samping yang dapat terjadi,” kata Reisa.

Mengutip laman Alodokter, dexamethasone adalah obat untuk meredakan peradangan.

Peradangan pada COVID-19 dapat menyebabkan sejumlah kerusakan di paru-paru, seperti penumpukan cairan (edema paru) dan pembentukan selaput hyalin. Kerusakan itu membuat pasien sesak napas dan mengalami komplikasi, misalnya ARDS atau gagal napas.

Maka, dexamethasone bukanlah obat untuk menyembuhkan COVID-19, melainkan untuk mencegah kerusakan paru pada pasien COVID-19 yang sudah mengalami sesak napas.

Klaim : Dexamethasone obat COVID-19 yang lebih murah dibandingkan vaksin?
Rating: Hoax

Cek fakta: Hoaks, kelapa hijau penawar hingga penerima vaksin COVID-19 meninggal

Baca juga: Dokter Reisa ingatkan dexamethasone tak dapat cegah infeksi COVID-19

 

Pewarta: Tim JACX
Editor: Imam Santoso
Copyright © ANTARA 2021