Sleman (ANTARA) - Wabah COVID-19 yang belum kunjung usai di rentang waktu hampir satu tahun ini telah menghantam berbagai sisi kehidupan ekonomi masyarakat, baik secara global maupun di tingkat lokal.

Pandemi COVID-19 yang mulai menimpa masyarakat Indonesia pada Maret 2020 tersebut, belum menampakkan sekilas gambar akan segera berlalu hingga akhir bulan pertama 2021 ini.

Keterpurukan sektor ekonomi masyarakat, mau tidak mau turut menerjang para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Masyarakat Sleman yang secara geografis memiliki karunia alam yang bagus dengan keberadaan Gunung Merapi di wilayah utara tersebut, sebenarnya memiliki potensi yang besar untuk berkembangnya perekonomian masyarakat.

Karunia alam Gunung Merapi telah memberikan sejuta manfaat bagi masyarakat Kabupaten Sleman dan Yogyakarta pada umumnya.

Abu vulkanis Merapi yang dimuntahkan Gunung Merapi setiap siklus erupsinya, banyak dinyakini membuat lahan pertanian di Kabupaten Sleman menjadi subur dan cocok dengan berbagai jenis tanaman.

Selain itu, sejumlah sungai berhulu Gunung Merapi juga tidak pernah surut mengalirkan air dari lereng gunung ke hampir seluruh penjuru wilayah Kabupaten Sleman.

Hal ini membawa keberuntungan bagi para pelaku UMKM bidang pertanian maupun budi daya ikan air tawar.

Tercatat ribuan UMKM yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani maupun kelokpok petani pembudi daya ikan di masing-masing kecamatan hingga ke desa-desa di Kabupaten Sleman.

Bahkan Kabupaten Sleman sejak beberapa tahun lalu menjadi lumbung beras maupun lumbung pangan bagi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Begitupun dengan sektor budi daya ikan air tawar, meski belum dapat memasok kebutuhan ikan air tawar secara penuh untuk DIY, namun dapat dikatakan hasil budi daya ikan air tawar Sleman banyak memasok kebutuhan rumah makan, wisata kuliner hingga pedagang kaki lima "pecel lele", yang sebenarnya tidak hanya menyajikan jenis ikan lele saja, tetapi juga ikan nila maupun gurami.


Beras dan ikan

Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman menargetkan produksi beras di wilayah setempat sebanyak 273.000 ton pada 2019.

Kepala DP3 Kabupaten Sleman Heru Saptono menyebutkan saat ini luas lahan sawah baku di Sleman mencapai 18.173 hektare, dengan rata-rata setiap daerah bisa menanam padi dalam setahun sebanyak 2,5 kali.

Dengan luas lahan sawah tersebut dan dengan dukungan cuaca yang baik, DP3 Sleman optimistis bisa mencapai target produksi beras 273.000 ton. Dengan jumlah tersebut, Sleman juga masih punya surplus beras di angka 80 ribu ton.

Selama 2019, pihaknya menargetkan bisa mencapai luas tanam 45.500 hektare. Angka tersebut merupakan perkalian dari luas baku sawah yang ada dengan berapa kali masa tanam.

Rata-rata panen di Sleman untuk satu hektare bisa mencapai 6 ton. Bahkan ada juga yang mencapai 9 ton lebih per hektare. Masa panen Maret-April menjadi yang terbesar. Karena air juga melimpah, hama juga sedikit jadi panen bisa banyak.

Sedangkan di sektor perikanan DP3 Kabupaten Sleman pada 2019 menargetkan produksi budi daya ikan air tawar mencapai 62.000 ton.

Pada 2018 target produksi budi daya sektor perikanan konsumsi ditarget sebanyak 59.000 ton dan bisa terealisasi bahkan melebihi, sehingga pada 2019 target dinaikan menjadi 62.000 ton.

Saat ini di Sleman terdapat 637 Kelompok Pembudidaya Ikan. Total luas lahan kolam yang dimiliki seluas 1.130 hektare dan 108 hektare luas lahan minapadi.

Dengan jumlah produksi beras dan ikan air tawar tersebut, sebenarnya merupakan peluang yang menguntungkan bagi pelaku UMKM pertanian dan perikanan, termasuk pelaku UMKM sektor kuliner dan pedagang kaki lima warung makan maupun "warung tenda pecel lele".

Namun, wabah pandemi COVID-19 ini mengakibatkan para pelaku UMKM terpuruk, karena kesulitan dalam pemasaran dan menjaring pembeli.

Sulitnya pemasaran dan penurunan omzet penjualanpun tal pelak menjadi derita baru para pelaku UMKM.

Yanto (40) salah satu pedagang warung tenda pecel lele di Jalan Solo, KM 10,5, Purwomartani, Kalasan, Sleman mengatakan omzet penjualan sejak adanya pandemi COVID-19 turun drastis hingga lebih dari 50 persen.

Pada awal pandemi COVID-19, bahkan hampir selama tiga bulan Yanto harus menutup warungnya karena adanya kekhawatiran wabah corona ini.

Kemudian adanya adaptasi kebiasaan baru COVID-19 yang diawali pada sekitar Juni 2020, sedikit membawa harapan untuk bisa kembali berjualan dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19. Namun itu belum mampu memulihkan omzet penjualan. Kondisi ini juga belum berangsur membaik hingga akhir 2020.

Awal 2021 usaha yang mulai sedikit merangkak, harus kembali menerima kenyataan lagi dengan adanya kebijakan pemerintah tentang Pelaksanaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dari 11 hingga 25 Januari dan diperpanjang dari 26 Januari hingga 8 Februari 2021 setelah angka penularan COVID-19 yang cukup tinggi di Jawa dan Bali.

Haryadi pedagang warung makan di Segaran, Tirtomartani, Kalasan menyebutkan omzet penjualan turun sangat drastis sejak adanya pandemi COVID-19.

Jika sebelum pandemi, dalam satu hari biasa menanak nasi untuk kebutuhan warung rata-rata 10 hingga 15 kilogram per hari, dengan jam buka warung dari pukul 18.00 hingga 23.00 WIB, maka saat ini rata-rata hanya menanak nasi tidak lebih dari lima kilogram dalam satu hari dengan jam buka dari pukul 17.00 hingga 20.00 WIB.


Peduli UMKM

BPR Bank Sleman menyerahkan bantuan kredit tanpa bunga bagi 267 UMKM di Kabupaten Sleman senilai total Rp600 juta dan menyerahkan 15 gerobak angkringan pada pelaku UMKM yang kurang mampu dan potensial di wilayah Kabupaten Sleman.

Direktur Utama bank Sleman Muh Sigit menyebutkan program ini sebagai bukti Bank Sleman hadir sebagai mitra kerja yang mendukung para pelaku usaha mikro untuk tumbuh berkembang dan berkesinambungan dalam usaha melalui program Bank Sleman Peduli.

Diharapkan program Bank Sleman Peduli ini dapat menggerakkan perekonomian dampak dari pandemi COVID-19.

Program Bank Sleman Peduli ini dilaksanakan secara berkelanjutan dan akan terus diagendakan untuk tahun-tahun mendatang.

Bupati Sleman Sri Purnomo menyambut baik program Bank Sleman Peduli. Program ini menurutnya menjadi salah satu wujud kepedulian Bank Sleman bagi masyarakat Kabupaten Sleman.

Kegiatan ini lah yang diharapkan dapat mendukung kemajuan pendidikan dan pengentasan kemiskinan di Kabupaten Sleman.

Untuk itu para penerima bantuan diimbau agar menggunakan secara bijak bantuan tersebut dengan manajemen yang baik.

Bupati Sleman juga berpesan kepada pelaku UMKM, bila masih perlu tambahan modal usaha lagi bisa ke Bank Sleman untuk mendapatkan pinjaman dengan bunga yang rendah, jangan sampai terjebak meminjam di rentenir.

Bank Sleman saat ini menyediakan sejumlah produk bagi pelaku UMKM. Produk berupa kredit ini dapat dimanfaatkan oleh para pelaku UMKM semisal untuk pengembangan usaha.

Adapun fasilitas kredit tersebut dapat diakses dengan syarat dan ketentuan sebagaimana yang ditetapkan Bank Sleman.

Fasilitas tersebut meliputi, KRISAN atau Kredit Sepisan yang menawarkan modal usaha dengan Suku bunga 0,5 persen per bulan, Plafon maksimal Rp10 juta dengan angka waktu 24 bulan.

KRIDO (Kredit Kepindo), merupakan lanjutan dari KRISAN, dengan suku bunga 0,625 persen per bulan, plafon maksimal Rp20 juta, jangka waktu maksimal 24 bulan.

Kemudian KUBS (Kredit Usaha Bank Sleman), suku bunga 0,75 persen per bulan plafon maksimal Rp500 juta, dan jangka waktu maksimal 60 bulan.

Selain produk kredit, Bank Sleman juga menyediakan layanan tabungan dan deposito dengan suku bunga bersaing, serta layanan pembayaran semisal pembayaran rekening listrik, air/PDAM, pembelian pulsa telepon dan elektrik, iuran BPJS Kesehatan dan asuransi lainnya, TV berlangganan serta tagihan kartu kredit. Simak keterangan selengkapnya di laman Bank Sleman.
Baca juga: BPR Bank Sleman salurkan kredit tanpa bunga kepada UKM
Baca juga: Sleman luncurkan "Warung Kalasan" untuk pemasaran daring UMKM
Baca juga: Menkop UKM buka pelatihan dan peningkatan SDM KUMKM Sleman

 

Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021