Yang dikhawatirkan penyakit ensefalitis termasuk masalah pernapasan
Jakarta (ANTARA) - Epidemiolog dari Universitas Andalas (Unand), Sumatera Barat Defriman Djafri Ph.D mengatakan sanitasi dan kebersihan lingkungan harus dijaga dengan baik oleh peternak, terutama usaha peternakan babi, guna mengantisipasi kemungkinan penyebaran virus Nipah di Tanah Air.

"Ada tiga komponen yang perlu diperhatikan terkait virus Nipah. Pertama, agen atau virusnya sendiri, kedua personal, yakni orang yang wajib menjaga sanitasi dan ketiga lingkungan," kata dia saat dihubungi di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan kebersihan pribadi, terutama sanitasi dan lingkungan, harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh, sebab virus Nipah termasuk kategori zoonosis atau penyakit yang ditularkan oleh hewan.

Baca juga: Epidemiolog ingatkan virus Nipah ancaman nyata

Aspek lingkungan akan berpengaruh besar pada perilaku sehingga berkaitan erat dengan risiko penularan virus. Oleh sebab itu, para peternak harus betul-betul memerhatikan aspek sanitasi dan kebersihan lingkungan agar tidak tertular.

"Baik itu peternakan rumahan maupun dalam skala industri," ujar Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia Provinsi Sumatera Barat tersebut.

Ia mengatakan gejala yang selama ini terjadi pada penderita misalnya di Malaysia yakni demam dan sakit kepala yang juga mirip dengan gejala COVID-19.

Beberapa kejadian terutama di Malaysia, diketahui orang yang terpapar virus Nipah juga tanpa gejala, kemudian masa inkubasi virus juga bervariasi mulai dari empat hingga 21 hari.

Namun, dari beberapa kejadian, yang paling dikhawatirkan akibat serangan virus tersebut ialah pada bagian otak atau semacam radang otak yang bisa berakibat fatal dan menyebabkan kematian.

"Yang dikhawatirkan penyakit ensefalitis termasuk masalah pernapasan," katanya.

Baca juga: BKP Tanjungpinang perketat pengawasan antisipasi virus nipah
Baca juga: Virus Nipah, ancaman baru setelah pandemi COVID-19
Baca juga: Kemenkes: Waspadai potensi penyebaran virus nipah ke Indonesia

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021