Jakarta (ANTARA) - Awal tahun adalah waktunya para pencinta salju untuk berbondong-bondong datang ke Sapporo, Jepang, demi mengunjungi Festival Salju. Namun tahun ini salah satu festival perayaan musim dingin di Negeri Sakura beradaptasi dengan situasi pandemi lewat penyelenggaraan secara daring.

Festival yang dilangsungkan di pulau Hokkaido, di bagian utara Jepang, biasanya menampilkan sekitar 200 patung terbuat dari es. Dilansir Kyodo, tahun ini untuk pertama kalinya sejak di gelar pada 1950, festival ini dilaksanakan dalam skala yang lebih kecil dan tidak mengundang orang-orang untuk berkumpul di tengah kota, melainkan di pinggir kota.

Penyelenggara festival akan mengunggah foto dan video di situs web hingga 28 Februari yang menunjukkan proses pembuatan patung-patung yang dipamerkan dan memberikan informasi sejarah tentang acara tersebut.

Beberapa foto menunjukkan proses membuat empat patung salju yang terletak di sekitar kota, termasuk salah satu penyanyi virtual populer Hatsune Miku dan Dr. William Smith Clark, seorang pendidik Amerika yang membantu mendirikan Sekolah Pertanian Sapporo di Era Meiji (1868-1912). Patung perunggu Clark salah satu tempat wisata populer di Sapporo.

Pengunjung juga bisa mampir ke laman resmi untuk menonton video mengenai sejarah festival yang dimulai sejak 1950-an.

Festival salju ini salah satu daya tarik pariwisata Hokkaido untuk wisatawan mancanegara yang didatangi 2,74 juta pengunjung pada 2019. Tahun lalu, jumlah pengunjung turun jadi 2,02 juta orang ketika wabah virus corona baru mulai mengemuka.
 


Baca juga: Sepasang smangka Jepang terjual Rp163,5 juta

Baca juga: Sapporo gelar pawai obor Asian Winter Games

Baca juga: Jepang kembangkan sistem pelacak untuk pelancong dari luar negeri

Penerjemah: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021