Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi mengatakan negaranya akan memajukan kerja sama internasional untuk penyelesaian isu Palestina, guna menciptakan perdamaian di kawasan Timur Tengah.

Hal itu ia sampaikan dalam pertemuan dengan Menlu RI Retno Marsudi yang berkunjung ke Amman, pada Selasa, hanya berselang sehari setelah pertemuan darurat Dewan Liga Arab dilaksanakan untuk membahas sejumlah isu di kawasan tersebut, termasuk proses perdamaian Palestina.

“Masalah Palestina harus menjadi yang utama diantara isu-isu regional, dan upaya yang lebih jauh harus dilakukan untuk memperluas cakrawala politik guna mencapai solusi dua negara sesuai dengan inisiatif perdamaian internasional,” kata Safadi saat menyampaikan pernyataan pers bersama Menlu RI.

Lebih lanjut Safadi mengatakan bahwa “cakrawala politik” di kawasan itu menjadi lebih baik dengan sikap pemerintahan baru Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Presiden Joe Biden yang akan kembali memulihkan negosiasi damai antara Palestina dan Israel.

Baca juga: Biden yakin solusi dua negara opsi damai untuk Israel-Palestina

Menurut Safadi, Yordania akan bekerja sama dengan AS untuk mewujudkan perdamaian yang komprehensif yang akan menjamin keselamatan dan keamanan di Timur Tengah.

“Upaya ini terus berjalan … koordinasi kami juga berlanjut dengan Indonesia, dan dengan negara-negara Arab,” ujar dia.

“Pertemuan yang diprakarsai Yordania dan Mesir telah menciptakan titik temu dalam dialog kami dengan pemerintah AS dan dengan Uni Eropa, serta komunitas internasional lainnya untuk terus bergerak maju,” kata Safadi, menambahkan.

Indonesia, yang menjadi pendukung setia perdamaian Palestina, menyambut baik pertemuan Dewan Liga Arab yang menunjukkan dukungan kuat organisasi itu untuk perjuangan rakyat Palestina.

“Dukungan Indonesia untuk perjuangan Palestina tidak tergoyahkan,” tutur Menlu Retno.

Retno menyampaikan harapan Indonesia agar tahun ini menjadi waktu yang lebih baik untuk upaya memajukan langkah-langkah signifikan dalam mencapai solusi yang “langgeng dan adil” bagi masalah Palestina.

Baca juga: ICC putuskan Palestina jadi bagian yurisdiksinya, Israel kecewa

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul Gheit mengatakan pertemuan yang berlangsung di Kairo, Senin (8/2), bertujuan menemukan solusi yang komprehensif dan adil untuk isu Palestina.

Dalam pertemuan, dia mengatakan bahwa setiap ancaman terhadap tanah Arab merupakan ancaman bagi seluruh bangsa, dan bahwa kawasan itu berada di ambang fase baru.

Gheit mengatakan pertemuan darurat itu membawa pesan ke seluruh dunia, bahwa negara-negara Arab berbicara dengan satu suara ketika menyangkut Palestina, dan bahwa masalah Palestina akan tetap menjadi inti perhatian Arab sampai diselesaikan dengan mendirikan negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

Dia juga menekankan perlunya komunitas internasional untuk memprioritaskan isu ini.

Pada hari yang sama, pertemuan intra-Palestina juga berlangsung di Kairo dengan “sukses”, menurut Menlu Palestina Riyad al-Maliki.

Al-Maliki mengatakan pertemuan itu, diantaranya, membahas cara-cara untuk menyukseskan pemilihan umum.

Ia juga memuji peran Mesir yang membantu memastikan keberhasilan dialog antarnegara Arab tersebut, demikian dilaporkan Anadolu.

Faksi Palestina memulai dialog nasional itu untuk mempersiapkan pemilu Palestina yang akan datang dan untuk memecahkan potensi hambatan dalam menjalankan pemungutan suara.

Palestina berencana menggelar pemilihan legislatif pada 22 Mei dan pemilihan presiden pada 31 Juli---untuk pertama kalinya dalam 15 tahun.

Hamas dan saingannya, gerakan Fatah dari Presiden Palestina Mahmoud Abbas, telah berselisih sejak Hamas merebut Jalur Gaza pada 2007.

Baca juga: Menlu Malki sambut baik dukungan pemimpin Afrika untuk hak Palestina

Baca juga: Fatah dan Hamas bertemu di Kairo, Mesir buka perlintasan Rafah
 

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2021