Dalam sepekan terakhir ini, harga kedelai impor mengalami kenaikan yang cukup signifikan berkisar Rp2.500 hingga Rp3.000 per kilogram dan kedelai impor selalu menjadi pilihan...
Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPD) RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti mengatakan pihaknya optimistis pengembangan varietas unggul bisa menutupi defisit kedelai terkait persoalan komoditas tersebut dalam sepekan terakhir ini.

"Dalam sepekan terakhir ini, harga kedelai impor mengalami kenaikan yang cukup signifikan berkisar Rp2.500 hingga Rp3.000 per kilogram dan kedelai impor selalu menjadi pilihan dibanding kedelai lokal yang sering dikeluhkan kurang bersih," kata Ketua DPD LaNyalla dalam rangkaian kunjungan ke Kabupaten Jember, Jawa Timur, Jumat.

Berdasarkan Data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, setiap tahun terjadi defisit kedelai.

Baca juga: Naik lagi, harga kedelai impor di Kudus Rp9.800 per kilogram

"Dari data yang ada, kami bisa ketahui jika pada tahun 2020 kebutuhan kedelai di Jawa Timur mencapai 447.912 ton, sedangkan produksi lokal hanya mampu menyuplai 57.235 ton, sehingga ada defisit yang harus ditutupi," tutur Ketua DPD LaNyalla.

LaNyalla mengatakan pemerintah pun sudah mengambil langkah untuk mengatasi permasalahan kedelai tersebut. Ia mengatakan pemerintah menargetkan penanaman kedelai hingga 325 ribu hektare sampai pertengahan tahun 2021 dan menyiapkan enam varietas kedelai unggul.

"Kami berharap pemerintah bisa mempercepat proses penanaman varietas kedelai unggul produksi lokal hasil pengembangan dari Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi yang menghasilkan kedelai lokal berukuran besar dengan kualitas baik," kata LaNyalla.

Baca juga: Saatnya mengembalikan swasembada kedelai

Varietas kedelai unggul itu, lanjut dia, juga akan menegaskan posisi Jatim sebagai salah satu wilayah penghasil kedelai terbesar di Indonesia, sehingga provinsi tersebut bisa menghasilkan produksi kedelai yang tinggi dan dapat menutupi defisit kedelai.

La Nyalla mengatakan Indonesia sebenarnya pernah mencatat masa swasembada kedelai tahun 1992 dan saat itu luas panen kedelai di seluruh Indonesia mencapai 1,889 juta hektare sehingga produksi melimpah, tetapi saat itu penduduk Indonesia masih sekitar 170-an juta.

"Sekarang diperlukan luasan total lahan yang lebih dari itu, jika ingin mencapai swasembada. Tetapi tentu harus disiapkan bibit dan sarana produksi yang baik, sehingga biaya produksi tidak lebih mahal dari impor," ujar Ketua DPD itu.

Baca juga: Percepat produksi lokal, Kementan siapkan 6 varietas unggul kedelai

Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021