Kami di pengawas dan perizinan sangat-sangat kesulitan mencari SDM orang yang me-lead pimpinan perbankan syariah
Jakarta (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong transformasi perbankan syariah karena kondisi saat ini masih menghadapi sejumlah tantangan di antaranya belum memiliki diferensiasi model bisnis atau produk yang signifikan, serta kuantitas dan kualitas SDM yang kurang optimal.

“Supaya nanti setiap nasabah yang berbank syariah bisa memilih produk dengan kualitas lebih baik,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana pada peluncuran virtual Roadmap Pengembangan Perbankan Syariah 2020-2025 di Jakarta, Kamis.

Ia mendorong perbankan syariah mengeluarkan produk yang bervariasi tanpa meninggalkan prinsip syariah.

Anggota Dewan Komisioner OJK itu mengakui setiap ada pergantian pimpinan perbankan syariah, pihaknya kesulitan dalam menemukan pucuk pimpinan ketika regulator ini melakukan uji kepatutan dan kelayanan.

Baca juga: OJK luncurkan peta jalan kembangkan perbankan syariah

“Kami di pengawas dan perizinan sangat-sangat kesulitan mencari SDM orang yang me-lead pimpinan perbankan syariah,” imbuhnya sembari menambahkan OJK membutuhkan dukungan asosiasi perbankan syariah menuntaskan soal SDM syariah itu.

Tak hanya dua tantangan tersebut, OJK juga menyoroti indeks literasi dan inklusi syariah yang masih rendah serta teknologi melalui layanan digitalisasi yang belum memadai.

Untuk itu OJK mengharapkan perbankan syariah memiliki produk yang memiliki keunikan, optimalisasi ekosistem ekonomi dan keuangan syariah, integrasi fungsi keuangan komersial dan sosial, SDM berkualitas dan sentuhan teknologi.

Baca juga: Ini menurut Wapres tantangan terbesar Bank Syariah Indonesia

Selama 2020 OJK mencatat perbankan syariah di Indonesia kinerja yang positif di antaranya penyaluran pembiayaan hingga Desember 2020 mencapai Rp394,6 triliun atau tumbuh 8.08 persen dibandingkan periode sama 2019.

Selain itu dana pihak ketiga yang dihimpun mencapai Rp475,5 triliun atau tumbuh 11,8 persen dan angka kredit bermasalah mencapai 3,08 persen atau turun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 3,11 persen.

Sementara itu total aset keuangan syariah, tidak termasuk saham syariah, adalah Rp1.802,86 triliun dengan pertumbuhan mencapai 22,79 persen.

Sedangkan rasio modal perbankan syariah mencapai 21,59 persen atau naik dibandingkan 2019 yang mencapai 20,59 persen, dengan pangsa pasar perbankan syariah mencapai 9,89 persen, sedangkan perbankan konvensional 90,11 persen.

Baca juga: Wapres buka Rakernas Bank Syariah Indonesia, ini pesannya

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021