Kami masih perlu waktu dan masih perlu belajar baik dari segi riset maupun manufaktur
Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro berharap, melalui kolaborasi dengan beberapa mitra perguruan tinggi Inggris, Indonesia dapat meningkatkan kemampuan untuk pengembangan vaksin COVID-19.

"Tentu saja kami ingin belajar lebih banyak lagi tentang pengembangan vaksin dari Inggris, khususnya di bidang riset dan pengembangan," kata dia dalam acara Indonesia-UK Interdisciplinary Sciences Forum: Enabling Global Health Security di Jakarta, Kamis.

Ia juga mengapresiasi Inggris yang mendukung penyediaan vaksin untuk semua orang di dunia melalui partisipasinya di COVAX, yang dikoordinasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Indonesia juga ikut dalam pengadaan dan pendistribusian vaksin COVID-19 yang tergabung dalam COVAX.

Pada acara itu, Indonesia juga memperkenalkan invensi baru, yakni GeNose C19, sebagai alat penapisan COVID-19 berbasis embusan napas.

Dengan menggunakan kecerdasan artifisial, alat yang diciptakan Universitas Gadjah Mada itu bisa memberikan hasil positif atau negatif COVID-19 dalam waktu kurang dari dua menit, dengan tingkat akurasi lebih dari 90 persen.

"Kami berharap inovasi ini akan bermanfaat untuk semua orang," tutur dia.

Baca juga: Ganjar dukung pengembangan Vaksin Nusantara

Menristek Bambang berharap, kolaborasi riset dan inovasi antara Indonesia dan Inggris akan berlangsung selamanya, dan transfer teknologi bisa terjadi di antara kedua negara.

Saat ini, Indonesia sedang mengembangkan vaksin buatan sendiri, yakni vaksin Merah Putih.

"Kami masih perlu waktu dan masih perlu belajar baik dari segi riset maupun manufaktur," ujarnya.

Tentunya, katanya, kolaborasi antara sejumlah universitas Inggris dan Indonesia bisa meningkatkan kemampuan Indonesia untuk memproduksi dan mendistribuskan vaksin COVID-19 nantinya, karena Inggris salah satu sumber pengembangan vaksin yang penting di dunia.

Pada Kamis (25/2), dilakukan penandatanganan nota kesepahaman tentang konsorsium untuk kolaborasi riset dan inovasi di antara enam universitas pendiri Konsorsium Inggris-Indonesia untuk Ilmu Interdisipliner atau The UK-Indonesia Consortium for Interdisciplinary Sciences (UKICIS) untuk meningkatkan kolaborasi di bidang riset dan inovasi.

Para pendiri UKICIS adalah dari Inggris, ada Universitas Nottingham, Universitas Coventry, Universitas Warwick, sedangkan dari Indonesia, ada Universitas Gadjah Mada, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Institut Teknologi Bandung.

Baca juga: Menristek: Pengembangan vaksin perhatikan aspek aman dan terjangkau
Baca juga: Eijkman: Pengembangan vaksin Merah Putih capai 60 persen

 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021