Depok (ANTARA) - Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) berhasil melakukan operasi dengan teknologi fakoemulsifikasi pada penderita katarak juvenil (terjadi pada usia muda) dan katarak senilis (terjadi pada usia lebih dari 50 tahun).

Operasi dengan teknik fakomeulsifikasi ini berlangsung cukup singkat selama 20 - 30 menit. Keberhasilan operasi ini sebagai bentuk kerja tim multidisiplin kedokteran spesialis mata RSUI yang terdiri dari dr. Anissa N Witjaksono, BMedSc(Hons), SpM dan dr. Syska Widyawati, SpM(K), M.Pd.Ked.

Baca juga: Penderita katarak Indonesia 4 juta orang

Baca juga: 40 dokter spesialis mata pelatihan teknik operasi "phacoemulsifikasi"


"Operasi fakoemulsifikasi memungkinkan dilakukan pada penderita katarak imatur, dengan luka operasi minimal dan umumnya tanpa jahitan, insersi Intra Ocular Lens (IOL) mengganti fungsi lensa yang sudah mengalami katarak, sehingga fungsi penglihatan menjadi optimal," kata dr. Anissa.

Katarak merupakan kondisi yang mengganggu fungsi penglihatan yang ditandai dengan lensa mata yang menjadi keruh dan sulit ditembus cahaya, sehingga mengakibatkan penglihatan menjadi buram, bahkan dapat mengakibatkan kebutaan.

Penurunan fungsi penglihatan akibat katarak dapat mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari penderita dan tindakan operasi katarak untuk menggantinya dengan lensa buatan sangat efektif untuk mengembalikan penglihatan pasien

Fakoemulsifikasi merupakan teknik operasi katarak modern yang menjadi pilihan operasi katarak saat ini. Mesin canggih yang menggerakkan jarum yang bergetar sesuai frekuensi ultrasonik akan menghancurkan lensa melalui luka yang sangat kecil. Hal ini yang menyebabkan teknik ini unggul, karena penyembuhan dan rehabilitasi visual menjadi lebih cepat.

"Waktu perawatan operasi ini termasuk one day care, karena dokter tidak perlu membuat sayatan lebar sehingga operasi katarak ini cepat dan aman, selain itu operasi fakoemulsifikasi memiliki tingkat kesuksesan yang tinggi. Teknik operasi ini juga dapat mengatasi penglihatan yang buram akibat cedera atau trauma pada mata," tambahnya.

Katarak menjadi salah satu penyebab terbanyak kebutaan di Indonesia. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menyebut katarak merupakan penyebab tertinggi kebutaan sekitar 81 persen. Selain itu, katarak juga merupakan kasus gangguan penglihatan paling banyak di Indonesia.

Baca juga: Kebutuhan operasi katarak Indonesia 240.000 orang/tahun

Baca juga: Pemberian vaksin diharapkan terbentuk "herd immunity"


Melihat angka penderita gangguan penglihatan di Indonesia cukup tinggi, RSUI berharap keberhasilan pelaksanaan operasi ini sebagai upaya rumah sakit dalam membantu pemerintah menurunkan angka kebutaan akibat katarak di Indonesia.

Bagi masyarakat yang ingin menggunakan jaminan pemerintah untuk layanan operasi katarak, kini RSUI dapat menerima peserta jaminan BPJS Kesehatan. Dalam hal ini, penerimaan pasien sesuai dengan sistem rujukan berjenjang berdasarkan ketentuan dari BPJS Kesehatan.

Keberhasilan operasi Fakoemulsifikasi menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan pelayanan dalam bidang spesialis mata yang didukung dengan teknologi mutakhir. RSUI juga berkomitmen memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu yang dibutuhkan masyarakat.

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021