Boyolali (ANTARA) - Sebanyak 57 sekolah dasar negeri yang tersebar di 22 kecamatan di Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, pada Kamis mulai menjalankan uji coba pembelajaran tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19 menurut data sementara pemerintah setempat.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali Darmanto mengatakan bahwa uji coba pembelajaran tatap muka dilakukan dengan izin dari orang tua siswa di sekolah dasar (SD) di zona hijau atau daerah tanpa kasus COVID-19 yang guru-gurunya sudah menjalani vaksinasi.

"Jika siswa tidak diizinkan oleh orang tua, mereka tetap diberikan pembelajaran di rumah secara daring," kata Darmanto saat meninjau uji coba pembelajaran tatap muka di SD Negeri 1 Kemiri di Mojosongo.

Ia menekankan bahwa pemerintah mengutamakan keselamatan dan kesehatan peserta didik dan tenaga pendidik dalam melaksanakan pembelajaran tatap muka di sekolah.

Guru kelas VI SD Negeri 1 Kemiri Tri Budi Astuti mengatakan, uji coba pembelajaran tatap muka di sekolahnya hanya diikuti oleh siswa kelas 5 dan 6.

Menurut dia, jumlah siswa yang mengikuti uji coba pembelajaran tatap muka di SD Negeri 1 Kemiri sebanyak 41 orang. Kegiatan pembelajaran dilakukan di dua ruang kelas selama dua jam dari pukul 07.30 sampai 09.30 WIB.

Siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran tatap muka harus mencuci tangan dan menjalani pengukuran suhu tubuh sebelum masuk ke lingkungan sekolah.

"Di setiap kelas sudah ada kran air dan sabun untuk cuci tangan. Setiap depan kelas juga ada hand sanitizer, sehingga mereka bisa selalu menjaga kebersihan dan kesehatannya," kata Tri.

Menurut dia, para siswa juga sudah disiplin mengenakan masker.

"Kami melihat antusias anak-anak dalam PTM (pembelajaran tatap muka) luar biasa. Mereka senang bertemu guru dan teman-temannya, karena sudah satu tahun belajar di rumah saja secara daring," katanya.

Darmanto menjelaskan, pelaksanaan pembelajaran tatap muka di Boyolali agak berbeda dengan daerah lain di Jawa Tengah, yang memulai kegiatan dari jenjang sekolah menengah atas/kejuruan kemudian sekolah menengah pertama, sekolah dasar, dan taman kanak-kanak.

"Kami pertimbangannya untuk SD dengan menggunakan sistem zonasi sehingga siswanya terbatas di lingkungan sekolah saja yang daerahnya zona hijau COVID-19 sehingga mudah dideteksi," katanya.

Ia menambahkan, siswa satu sekolah menengah pertama sebagian di antaranya berasal dari luar daerah tempat sekolah berada sehingga sekolah mesti melakukan penelusuran untuk mengetahui tingkat risiko penularan COVID-19 di daerah asal mereka untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka.

Baca juga:
Jawa Tengah bersiap laksanakan pembelajaran tatap muka

Nadiem targetkan semua sekolah lakukan pembelajaran tatap muka pada Juli 2021
 

Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2021