ASEAN dianggap sebagai salah satu ekosistem yang paling kaya secara biologis dan beragam di dunia
Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Pusat Keanekaragaman Hayati ASEAN (ASEAN Center for Biodiversity/ACB) Theresa Mundita S Lim menyampaikan perlindungan ekosistem hutan dapat mencegah dampak negatif perubahan iklim dan munculnya penyakit baru dan mematikan.

"Dengan dilindungi, ekosistem hutan dapat secara efektif berkontribusi pada kekayaan negara kita, sebagai tulang punggung pertumbuhan dan kemakmuran kita, dan pelindung kita dari dampak perubahan iklim dan munculnya penyakit baru dan mematikan," ujar Theresa Mundita S Lim dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu.

Ia menilai kawasan ASEAN beruntung memiliki ekosistem hutan kaya keanekaragaman hayati yang sehat dengan tutupan aktual mencapai 46 persen dari total luas wilayah kawasan.

Baca juga: ACB puji prestasi penindakan perdagangan satwa liar aparat Indonesia

"ASEAN dianggap sebagai salah satu ekosistem yang paling kaya secara biologis dan beragam di dunia, hutan adalah salah satu modal yang menopang pertumbuhan kawasan ASEAN, terutama sekarang karena kami secara kolektif bertujuan untuk mempercepat pemulihan dari pandemi COVID-19," katanya.

Sejak awal krisis kesehatan ini, Theresa mengatakan ACB juga telah menekankan peran keanekaragaman hayati dalam mengatur iklim dan penyakit.

"Hari ini, pada Hari Hutan Internasional, ACB menyoroti peran sentral dari sistem ekologi yang kompleks ini dalam upaya kita untuk membangun kawasan yang sehat, yang sangat sesuai dengan tema perayaan tahun ini, yakni Restorasi hutan: jalan menuju pemulihan dan kesejahteraan- makhluk," paparnya.

Baca juga: ACB gelar lomba foto keanekaragaman hayati ASEAN

Baca juga: ACB: Konsensus 30 persen konservasi laut ASEAN menguat


Ia mengatakan hutan semakin dikenal, bersama dengan jenis ekosistem alami lainnya, sebagai komponen integral dari kekayaan total suatu negara, yang menyediakan dukungan hidup dan kebutuhan dasar manusia, seperti makanan segar dan bersih, air, obat-obatan, tempat berteduh, dan bahan bakar.

Ia mengatakan terdapat kabar baik berdasarkan laporan ASEAN-EU 2020, yakni tingkat kehilangan hutan secara keseluruhan di ASEAN melambat dari 1,2 persen per tahun dari tahun 2000 hingga 2010, menjadi 0,26 persen per tahun pada 2011 hingga tahun 2015.

"Meskipun ini merupakan kemajuan yang penting, perlu juga dicatat kebutuhan untuk terus meningkatkan keragaman genetik, spesies, dan habitat di hutan kita yang tersisa," katanya.

Baca juga: ACB serukan "normal better" di Hari Lingkungan Hidup Sedunia

Baca juga: ASEAN Center for Biodiversity sebut perubahan transformatif keharusan



 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021